EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Gula Indonesia (AGI) meminta pemerintah tidak mengimpor gula pada tahun ini. Sebab, stok awal tahun 2015 yang diperkirakan mencapai sekitar 1,5 juta ton dinilai lebih dari cukup untuk keperluan konsumsi gula selama lebih dari enam bulan kedepan.
“Impor tidak perlu dilakukan, baik berupa Gula Kristal Putih (GKP), maupun impor raw sugar untuk keperluan pabrik gula berbasis tebu,” kata Senior Advisor AGI, Yadi Yusriyadi, Selasa (13/1).
Menurut Yadi, pemerintah harus menimbang situasi produksi dan konsumsi gula pada 2014 dan prediksinya pada 2015. Soalnya, pada April nanti semua pabrik gula di Sumatera Selatan dan Lampung akan melaksanakan produksi giling tebu.
Meski impor tak dibutuhkan, namun Yadi tetap meminta pemerintah tetap menjaga agar penurunan produksi gula 2015 ini tidak signifikan. Produksi GKP berbasis bahan baku tebu pada 2015 diperkirakan berada pada kisaran 2,54 juta ton, atau sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 2,58 juta ton.
Harga lelang atau rendahnya harga yang diperoleh petani tebu selama 2014 menjadi faktor menurunanya minat petani menanam tebu. Hal itu berujung pada penurunan produksi tebu. Selain itu, ekspansi area pabrik gula baru tidak terlalu signifikan pada tahun 2014.
Faktor cuaca juga harus antisipasi. Diperkirakan musim kemarau akan datang lebih awal akibat anomaly iklim El Nino yang akan menghambat pertumbuhan. Ujungnya, produktivitas diperkirakan menurun dari 70,8 ton per hektar menjadi 68,7 ton per hektar. “Meski di sisi lain anomali tersebut mendorong rendemen meningkat sekitar 5 persen, dari 7,64 persen menjadi 8,02 persen."