EKBIS.CO, JAKARTA -- Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina melakukan tender pertama minyak mentah, kemarin. Vice President ISC, Daniel Purba mengklaim sehari sebelumnya dirinya sudah mengumumkan perihal tender tersebut.
Namun sejumlah pihak mengendus ISC terkesan tertutup, jauh dari cita-cita reformasi migas. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies (IMES), Erwin Usman, Kementerian ESDM dan ISC Pertamina perlu menjelaskan lebih lanjut terkait proses tender minyak mentah, termasuk impor dari Sonangol.
"Penting dijelaskan lebih dahulu oleh Menteri ESDM dan ISC Pertamina Daniel Purba, terkait perkembangan rencana kerjasama dengan Sonangol. Terutama isi perjanjian kerjasama, model kerjasama, serta untung rugi bagi Negara dengan pola kerjasama bisnis tersebut," ujar Erwin Usman kepada wartawan, Rabu (28/1).
Menurutnya, sesuai dengan janji yang disampaikan Menteri ESDM, Dirut Pertamina dan Tim Reformasi Tata Kelola Migas bahwa mereka akan mengedepankan transparansi haruslah dikedepankan kepada publik.
"Transparansi ini sangat penting bagi publik untuk disesuaikan dengan keterangan otoritas menteri ESDM atau ISC Pertamina sebelumnya, misalnya terkait besaran diskon pembelian, kemampuan memenuhi kuota minyak, serta pihak-pihak yang dilibatkan dalam perjanjian," papar dia.
Inti dari tender tersebut, lanjutnya adalah proses yang transparan wajib ditempuh, serta mekanisme bisnis yang ditempuh, dipastikan tidak justru merugikan negara. "Termasuk di dalamnya menjelaskan apa dan bagaimana peran ISC dalam urusan bisnis ini. Karena jika itu diabaikan oleh Kementerian ESDM dan Pertamina, maka artinya spirit Nawacita, Trisakti dan Revolusi Mental diabaikan," kata dia mengakhiri.