EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (9/2) sore melemah 20 poin menjadi Rp 12.640 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.620 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan bahwa data Non-farm Payrolls (jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja di luar pekerja pemerintahan) Amerika Serikat yang melebihi prediksi kembali menopang penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia.
"Bagusnya data Non-farm Payrolls ini mempertahankan rencana Bank Sentral AS (the Fed) untuk menaikan suku bunga acuan pada pertengahan tahun ini," katanya.
Ia menambahkan bahwa positifnya data upah AS itu mendorong peralihan portofolio dari aset berisiko kembali ke mata uang yang masuk dalam kategori "safe haven" salah satunya dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, penolakan pemerintahan baru Yunani terhadap kelanjutan program dana talangan (bailout), kembali memberikan ketidakpastian di pasar keuangan sehingga investor lebih tertarik mengalihkan dananya ke dolar AS.
Sementara itu, Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa sentimen kenaikan cadangan devisa RI dari 111,86 miliar dolar AS Desember 2014 menjadi 114,25 miliar dolar AS pada Januari 2015 masih cukup mampu menahan tekanan rupiah lebih dalam terhadap mata uang Amerika Serikat.
"Data cadangan devisa itu setidaknya dapat mengimbangi sentimen dari eksternal yang menopang dolar AS," katanya.
Ia mengharapkan laju mata uang rupiah dapat kembali bergerak ke area positif dengan memanfaatkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup baik ekspektasinya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (9/2) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.679 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (6/2) di posisi Rp12.613 per dolar AS.