Rabu 11 Feb 2015 17:43 WIB

PMN Ditolak, Mandiri Minta Dividen Dipangkas

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Djibril Muhammad
Gubernur Bank Indonesia. Agus D.W. Martowardojo (kiri), dan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi G Sadikin dalam acara Mandiri Investment Forum 2015 di Jakarta, Selasa 27/1). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Gubernur Bank Indonesia. Agus D.W. Martowardojo (kiri), dan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi G Sadikin dalam acara Mandiri Investment Forum 2015 di Jakarta, Selasa 27/1). (Republika/ Yasin Habibi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama Pt. Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin mengaku tidak masalah karena batal mendapat Penyuntikan Modal Negara (PMN). Namun, ia berharap pemerintah dapat mengurangi dividen menjadi 10 persen.

Tadinya, Mandiri direncanakann mendapat PMN sebesar Rp 5,6 triliun. Suntikan modal tersebut salah satunya akan digunakan untuk menambah rasio kecukupan modal agar bisa menjadi Qualified ASEAN Bank (QAB).

Budi menjelaskan, kalau dividen dikurangi menjadi 10 persen, Mandiri akan mendapat ruang fiskal sekitar Rp 4 triliun. Saat ini, kata dia, Mandiri dalam setahun memberikan dividen 30 persen.

"Kalau dividen turun dari 30 persen ke 10 persen, kami dapat additional room sekitar Rp 4 triliun. Itu hampir sama dengan jumlah PMN," kata Budi seusai menghadiri acara the Economist Indonesian Summit di Jakarta, Rabu (11/2).

Diungkapkan Budi, sebelumnya berkembang wacana PMN Mandiri akan dipangkas sekitar 50-60 persen menjadi Rp 2,5 triliun. Namun ia mengaku menolak rencana tersebut.

"Saya bilang terlalu kecil kalau dipangkas sampai 60 persen. Jadi lebih baik diberikan saja kepada BUMN yang dianggap lebih prioritas," ungkap dia.

Tanpa adanya PMN, ia cukup yakin Mandiri bisa menjadi QAB. Sebab, rasio kecukupan modal Mandiri saat ini di atas 16 persen, hanya terpaut sedikit dari syarat QAB minimal 19 persen. "Rasio kecukupan modal kami cukup baik. Insya Allah cukup kuat untuk menjadi QAB," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement