EKBIS.CO, JAKARTA - Rupiah terus melemah terhadap mata uang dolar AS di kisaran Rp12.800 pada Kamis (12/2). Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah masih didorong oleh sentimen global.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan, pelemahan rupiah terutama didorong oleh kemungkinan keluarnya Yunani dari zona Eropa dan penurunan harga minyak dunia.
"Indeks dolar jadi menguat, indeks dolar di level 94,99 itu katanya tertinggi dalam 10 th terakhir. Ini dipicu oleh isu-isu Yunani, proses negosiasi Rusia dan Ukrania juga turut mempengaruhi," kata Peter saat dihubungi ROL, Kamis (12/2).
Penurunan minyak dunia, lanjutnya, menekan dari sisi global sehingga memperkuat dolar. Di samping itu, juga adanya informasi dari Presiden dan CEO Bank Sentral Amerika Richard Fisher yang mengatakan kenaikan suku bunga lebih awal karena angka pengangguran di Amerika semakin menurun.
Akibatnya, para investor langsung melakukan pemindahan aset dari emerging market ke aset dolar. Menurutnya, sebagian mata uang di emerging market juga melemah terhadap dolar.
Korea melemah 1,39 persen terhadap dolar, sedangkan Malaysia melemah 0,32 persen. Sehingga perlu dilihat kondisi rupiah terhadap mata uang lain selain dolar. "Jangan hanya dilihat rupiah terhadap dolar, tapi juga rupiah terhadap mata uang lain. Kalau mata uang lain melemahnya sangat lemah melebihi rupiah terhadap dolar, berarti rupiah menguat terhadap mata uang itu," jelasnya.
Sementara faktor internal, menurutnya, tidak begitu berpengaruh terhadap pelemahan rupiah terhadap dolar. Misalnya faktor politik dinilai masih wait and see.
Bank Indonesia, kata Peter, tetap melakukan upaya pendalaman pasar keuangan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah. Selain itu, juga melakukan intervensi-intervensi jangka pendek.