Jumat 27 Feb 2015 15:21 WIB

BKPM Fokus Hapuskan Hambatan Investasi Triliunan Rupiah di Papua

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Para investor melakukan pengurusan perijinan usaha pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat saat peresmian di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Senin (26/1). ( Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Para investor melakukan pengurusan perijinan usaha pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat saat peresmian di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Senin (26/1). ( Republika/ Yasin Habibi)

EKBIS.CO, JAKARTA --- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan fokus pada pengembangan investasi di empat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Merauke, Sorong, Teluk Bintuni dan Raja Ampat. Hal itu menjadi langkah konkret BKPM untuk percepatan investasi di Papua dan Papua Barat.

Data BKPM menyebutkan ada sembilan proyek investasi yang terhambat (debottlenecking) di Papua dan Papua Barat yang sedang difasilitasi oleh BKPM. Kesembilan proyek tersebut masing-masing 2 proyek di Papua dan 7 proyek di Papua Barat, dengan total nilai investasi sebesar Rp 16,88 triliun. Proyek investasi tersebut terbagi dalam sektor perikanan (6 proyek), perkebunan 1 proyek, dan industri petrokimia 2 proyek.

"Ada beberapa kendala yang dialami investor dalam menanamkan modalnya di kedua provinsi tersebut, antara lain proses pelepasan kawasan hutan yang cukup lama dan jaminan ketersediaan suplai energi,"  kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam acara Forum Percepatan Penanaman Modal di Manokwari, Papua Barat, Jumat (27/2).

Franky mengatakan, salah satu syarat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus adalah adanya investor yang siap untuk menggerakkan investasi di wilayah tersebut. Menurutnya, saat ini sudah ada calon investor yang telah merencanakan investasi tapi masih terhambat realisasinya di keempat kawasan ekonomi di Papua dan Papua Barat tersebut.

Selain itu, BKPM juga mencatat ada lima investor yang menunjukkan minat serius untuk menanamkan modalnya di Papua, masing-masing sektor perkebunan senilai Rp 9,8 triliun dan sektor olechemical senilai Rp2,4 triliun, sepanjang Oktober 2014-Februari 2015.

"Investasi tersebut yang menjadi fokus debottlenecking BKPM,” imbuhnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement