Selasa 03 Mar 2015 17:03 WIB

Pelemahan Rupiah Malah Untungkan Perusahaan Ini

Rep: C78/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perum Perhutani
Foto: getwallpapered.com
Perum Perhutani

EKBIS.CO, JAKARTA--Ditanya soal pelemahan rupiah terhadap dolar, Perum Perhutani mengaku justru diuntungkan. Alasannya mayoritas pemasukan Perhutani didominasi kegiatan ekspor utamanya komoditas kayu.

"Justru kondisi ini menguntungkan bagi kami. Karena mayoritas ekspor kita kayu," tutur Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar seusai jumpa pers kinerja keuangan Perhutani 2014 di kantor pusat Perhutani, Jakarta, Selasa (3/3). Berdasarkan kurs Bank Indonesia per Selasa (3/3), nilai tukar rupiah terhadap dolar berada di angka Rp 12.962.

Dikatakannya, depresiasi nilai tukar tersebut memang membuat perusahaan yang berfokus pada ekspor menjadi dilema. Sebab di satu sisi pelemahan rupiah memberikan keuntungan, tapi di sisi lain kondisi tersebut memengaruhi perekonomian. Apalagi bagi usaha di unit usaha yang berkonsentrasi impor, hal tersebut pastinya merugikan.  

Seperti diketahui, total wilayah hutan yang dikelola Perhutani sebanyak 2,566 juta hektar terdiri dari hutan produksi seluas 1,454 juta hektar (57 persen), hutan produksi terbatas sekitar 428.795 hektar (16 persen) dan hutan lindung seluas 683.889 hektar.

Dalam kegiatan usahanya, perusahaan tersebut telah mengekspor kayu jati ke Cina melalui agen industri kayu Perhutani untuk Asia, Seng Fong Resources Group. Perhutani juga pernah melakukan kontrak ekspor produksi kayu jati ke Eropa.

Berdasarkan data Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) online Kementerian Kehutanan, nilai ekspor produk industri kehutanan Indonesia Januari-Juli 2014 mencapai 3,8 Miliar dolar. Sementara, pada periode serupa di 2014, nilai ekspor tercatat 3,4 Miliar dolar. Maka, terjadi kenaikan ekspor hingga 11,8 persen.

Sebelumnya, sepanjang 2014 Perhutani telah melaporkan capaian laba sebesar Rp 380 Miliar. Laba tersebut meningkat besar karena terkatrol oleh penjualan kayu. "Pendapatan kayu pada 2014 naik 25 persen menjadi Rp 2,1 Triliun, sedangkan pada 2013 hanya sekitar Rp 1,7 Triliun," tuturnya.

Peningkatan pendapatan kayu tersebut, lanjut dia, disebabkan melonjaknya harga kayu di 2014 mencapai 130 persen. Perhutani pun menerapkan strategi dimana perusahaan tidak akan menebang kayu jika pasar belum pasti.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement