Sabtu 21 Mar 2015 19:30 WIB

BKPM Harus Tingkatkan Rasio Realisasi Investasi Cina

Red: Satya Festiani
Kepala BKPM Franky Sibarani
Foto: dokpri
Kepala BKPM Franky Sibarani

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan lembaga yang dipimpinnya memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan rasio realisasi investasi Cina di tengah tingginya rencana investasi yang masuk dari negara tersebut.

Franky melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (21/3), mengatakan kecenderungan rasio realisasi investasi Tiongkok termasuk rendah yakni hanya 7 persen sepanjang 2005-2014 meski permohonan perizinan investasinya cukup tinggi. "Kecenderungan saat ini, dari 10 investor Cina, hanya satu yang benar-benar merealisasikan investasinya," katanya.

Franky menilai BKPM harus meningkatkan realisasi investasi Cina ke depan agar setidaknya menyamai Singapura sebesar 40 persen atau Jepang yang mencapai 62 persen. "Kami akan memberikan pendampingan intensif kepada investor asal Cina dalam proses realisasi investasi," ujarnya.

Ia menambahkan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Cina pekan depan diyakini mampu meningkatkan minat investasi dari Tiongkok. Hal itu merujuk dari pengalaman pasca Kepala Negara berkunjung ke Cina dan berbicara di Forum APEC pada November 2014 lalu.

Kala itu, tercatat ada lonjakan rencana investasi Cina yang masuk, yaitu sebesar 6,7 miliar dolar AS sepanjang Januari-Februari 2015. "Tren serupa sangat mungkin terjadi pascakunjungan Jokowi kali ini. Posisi kami adalah bagaimana minat investasi yang tinggi ini dapat terealisasi untuk memberikan dampak riil terhadap perekonomian. Ibaratnya, Presiden telah membuka pintu minat investasi, tugas kamilah untuk mengeksekusinya," katanya menambahkan.

Franky direncanakan akan mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja ke Jepang dan Cina pada 23-28 Maret mendatang. Presiden dijadwalkan akan menghadiri Pertemuan Tahunan Boao Forum di Provinsi Hainan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement