EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga minyak jenis Brent naik hingga enam persen pada Kamis (26/3) setelah Arab Saudi dan sekutunya menggelar operasi militer di Sanaa, Ibu Kota Yaman. Serangan ditujukan kepada gerilyawan Houthi yang menguasai Yaman sejak September lalu.
Harga minyak Brent menyentuh angka tertinggi dalam beberapa pekan ini sebesar 59,71 dolar AS per barel atau naik enam persen. Harga ini kemudian turun lagi di level 57,80 dolar AS per barel meski tetap mencatat kenaikan 1,32 dolar AS dari harga sebelumnya.
Harga minyak di Amerika Serikat (AS) juga naik 1,64 dolar AS per barel menjadi 50,85 dolar. Kenaikan terjadi karena pedagang dan importir mengaku khawatir jika serangan Saudi menjadi tanda konflik di negara-negara kaya minyak akan tersebar lebih luas.
Namun demikian pedagang minyak di pasar Asia masih belum takut terganggunya suplai dan permintaan akibat serangan Raja Salman ini. Mereka melihat dampaknya masih bisa bersifat jangka pendek sehingga pergerakan harga minyak tetap normal.
"Risiko dari serangan Saudi ini sebenarnya menakutkan karena gerilyawan Houthi mendapat dukungan penuh dari Iran," kata Li Guofu, direktur Centre for Middle East Studies of China Institute of International Studies, Kamis.
Ia mengatakan Iran merupakan musuh dan pesaing utama Saudi di Timur Tengah sejak lama. Keadaan ini mengindikasikan serangan ke Yaman ini akan menjadi konflik serius di kawasan. Pemerintah Cina, kata Li, sangat cemas dengan kondisi ini.