EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat komitmen investor Jepang memperluas investasinya di Indonesia untuk sektor otomotif.
Saat Presiden Jokowi mengunjungi Toyota, perusahaan tersebut menyatakan komitmen investasi baru senilai Rp 20 triliun atau sekitar 1,6 miliar dolar AS. Setelah melakukan lawatan ke Jepang, Presiden Jokowi dijadwalkan melanjutkan kunjungan kenegaraan ke China 26-28 Maret.
"Komitmen tersebut untuk perluasan industri, sehingga ekspor mereka dapat ditingkatkan 3 kali lipat dari 200 ribu menjadi 600 ribu. Selain itu, peningkatan kapasitas produksi sektor otomotif secara otomatis mendatangkan industri komponennya," kata Kepala BKPM Franky Sibarani di sela-sela mengikuti kunjungan kerja Presiden Jokowi di Beijing China, Kamis (26/3).
Franky menambahkan, selain Toyota, Suzuki juga menyampaikan komitmen perluasan investasi senilai 1 miliar dolar AS dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi. Menurut Franky, Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan Presiden Jepang menekankan pada perluasan investasi dan peningkatan ekspor.
"Pemerintah akan memperhatikan apa yang menjadi kendala investor, antara lain, penanganan di pelabuhan serta kelancaran jalur pengiriman pelabuhan – pabrik," imbuh Franky.
Meski demikian, Franky Sibarani menegaskan BKPM tetap melindungi industri komponen nasional. Perlindungan tersebut ditunjukkan melalui mendorong masuknya industri komponen asing, yang diperkirakan mengikuti peningkatan investasi otomotif, ke arah komponen yang belum dapat diproduksi di dalam negeri atau menggunakan teknologi baru.
"BKPM akan berkoordinasi dengan Kemenperin dan asosiasi industri komponen nasional untuk menentukan jenis komponen yang boleh dimasuki asing atau tidak," jelas Franky.
Sepanjang tahun 2010-2014, BKPM mencatat realisasi investasi Jepang ke Indonesia sebesar 12,1 miliar dolar AS. Komitmen tersebut berhasil menyerap lebih dari 424 ribu tenaga kerja. Sekitar 50 persen atau 6,3 miliar dolar AS investasi Jepang tersebut di sektor otomotif, industri baja 2,01 miliar dolar AS, industri kimia 798 juta dolar AS, industri tekstil senilai 481 juta dolar AS dan industri makanan senilai 444 juta dolar AS.