Jumat 27 Mar 2015 10:34 WIB

Terus Merugi, Antam Butuh Pemimpin yang Lebih Profesional

Red: Indah Wulandari
PT Antam tbk.
Foto: blogspot.com
PT Antam tbk.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kondisi PT Aneka Tambang (Antam) yang terus merugi hingga mencapai  Rp 775,28 miliar sepanjang 2014 lalu, menuai keprihatinan.

Mantan Sekretaris Menteri Negara BUMN Muhammad Said Didu mengakui, sepanjang pengetahuan dirinya, Antam tidak pernah mengalami kerugian. Bahkan sejak Antam didirikan belum pernah merugi.  

"Jadi sejak kepemimpinan Dirut Tato Miraza, Antam mengalami kerugian seperti sekarang," kata Said dalam rilisnya, Jumat (27/3).

Hal ini, ujarnya,  tentu tidak lepas dari faktor kepemimpinan dan profesionalitas perusahaan tersebut. Padahal Tato bergabung di Antam sejak tahun 1992 dan diangkat sebagai Direktur Utama sejak tanggal 30 April 2013.

"Bagaimanapun keberadaan kepemimpinan ini sangat berpengaruh terhadap segala situasi yang kini melanda Antam. Apalagi ketika disebutkan bahwa Antam sudah tidak bisa menghidupi anak perusahaan," ungkapnya.

Oleh karenanya, ia meminta agar di perusahaan tersebut, termasuk pula pada BUMN lainnya, masalah kepemimpinan betul-betul diperhatikan.

Pemimpin BUMN kata dia, harus profesional dan tidak boleh diintervensi pihak manapun, terutama di luar koorporasi.

"Itulah bahayanya BUMN diintervensi non-korporat," jelasnya.

Jika hal demikian terjadi, kata  Said Didu, BUMN seperti Antam dipastikan tidak akan sehat, bahkan hingga puluhan tahun kedepan.

"Kalau sudah tidak benar, tidak profesional, tidak mungkin bangkit dalam waktu sekejap, tentu butuh waktu untuk mengembalikan kondisi itu," ungkapnya.

Said Didu juga menjelaskan bahwa dalam memajukan BUMN, ada banyak faktor yang mesti dinilai. Namun dari sekian banyak faktor tersebut, profesionalisme dan kesungguhan pemimpinnya menjadi yang sangat vital.

Oleh karenanya, ia mengusulkan kedepan, untuk menjadi Dirut Antam tidak bisa dengan langsung ditunjuk, tetapi melalui pertimbangan yang matang dan uji kelayakan. Presiden pun tidak boleh langsung comot, harus betul-betul selektif.

"Kalau mau sehat, tentu harus selektif, jangan mengedepankan kepemimpinan yang tidak berkarakter. Apalagi perusahaan seperti Antam, ini sangat disayangkan bila periode ini terulang kembali," imbuhnya.

Selain persoalan tersebut masih banyak persoalan lain yang menyelimuti Antam. Di antaranya produksi yang tidak berjalan dan lemahnya Board of Directors (BOD) untuk bekerjasama dengan bawahan, sehingga tidak bisa berkolaborasi.

Selain itu, Penyertaan Modal Negara (PNM) yang baru-baru ini digelontorkan diprediksi tidak akan efektif. Sebab, untuk biaya rutin saja Antam sudah tidak mampu membayar.

"Jadi, kontribusi  sosok pemimpin dalam memajukan Antam sangat vital. Presiden dan Menteri BUMN harus selektif," imbuhnya.

Per April 2013, harga saham Antam berada di posisi 1.370 per lembar. Sejak saat itu, harga saham Antam tidak pernah mengalami kenaikan, malah justru mengalami penurunan.

Bulan demi bulan berlalu, namun Tato tidak mampu membawa harga saham pada posisi yang membanggakan. Di dua bulan kepemimpinannya, harga saham Antam terus merosot ke angka 960 per lembar.

Hingga saat ini, harga saham perusahaan pelat merah itu malah mengalami keterpurukan dan tak berdaya di angka 860 per lembar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement