EKBIS.CO, SURABAYA -- PT Garam (Persero) mendapatkan suntikan modal dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah sebesar Rp 300 miliar. Tidak ingin mengulangi kesalahan manajemen sebelumnya yang terbelit kasus korupsi, Direktur Utama PT Garam Usman Perdana Kusuma menggandeng Kejaksaan Tinggi Jawa Timur untuk mengawal sejumlah proyek yang digagas PT Garam.
“Dalam pelaksanaan nanti, RP 222 miliar dari PMN dialokasikan untuk penyerapan garam rakat, yang juga berufungsi menjadi stabilisator harga. Rp 68 miliar kami alokasikan membuat pabrik garam olahan di Camplong (Kabupaten Sampang). Sisanya, Rp 7 miliar untuk mengambangkan lahan di NTT untuk menekan laju impor garam,” ujar Usman, dijumpai seusai penandatanganan nota kesepahaman bersama Kejati Jawa Timur di Surabaya, Senin (13/4).
Usman mengatakan PT Garam memiliki beberapa program untuk mencapai kinerja. Rencana pengembangan 5.000 hektare lahan di Kupang, NTT saat ini masih dalam tahap usulan kepada pemerintah. Usman menyampaikan, PT Garam telah berkirim surat permohonan empat bulan lalu kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Namun, ia menyampaikan, hingga kini belum ada respons.
Menurut Usman, pemanfaatan lahan di Kupang bisa menekan secara signifikan kebutuhan impor garam industri sebesar 2 juta ton pertahun. Namun, kata Usman, tantangan pengembangan investasi di sana masih menghadapi kendala administrasi. “Di sana, 3900 hektare masih ditempati eks-pengungsi Timor Leste, dan 1600 hektare ditempati masyarakat,” kata Usman.
Menyiasati kondisi tersebut, menurut Usman, jika hingga akhir tahun belum ada kepastian soal lahan, PT Garam memiliki rencana alternatif. Usman menyampaikan, PT Garam akan mengusulkan pembangunan empat pabrik pengolahan garam di Camplong, Kabupaten Sampang dan Sumenep. Ia menjabarkan, garam rakyat yang 40 ribu ton yang dibeli dengan dana Rp 222 miliar dari sumber PNM akan ditingkatkan kualitasnya.
“Kita butuh Rp 400 miliar untuk membangun pabrik, yang akan menghasilkan 350-400 ribu ton garam industri (per tahun). Dari garam rakyat dengan NaCl 96 persen kita upgrade jadi 99 persen, atau setara dengan gram industri yang kita impor. Itu bisa menekan 35-40 persen kebutuhan 2 juta ton garam industri yang diimpor setiap tahun,” ujar Usman.