Selasa 14 Apr 2015 18:05 WIB

Menkeu: Daya Tahan Bank Syariah Lebih Kuat Hadapi Krisis

Red: Taufik Rachman
Perkembangan Ekonomi Terkini: Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro (tengah), Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad (kiri), dan Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers mengenai Perkembangan Ekonomi Terkini Indonesia di Kemenkeu, J
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Perkembangan Ekonomi Terkini: Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro (tengah), Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad (kiri), dan Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers mengenai Perkembangan Ekonomi Terkini Indonesia di Kemenkeu, J

EKBIS.CO, JAKARTA--Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan Bank Syariah memiliki daya tahan lebih memadai dibandingkan bank konvensial ketika terjadi krisis, berdasarkan pengalaman tahun 2008.

"Beberapa studi menyatakan secara umum bank-bank syariah mempunyai daya tahan lebih kuat ketika berhadapan dengan krisis, karena bank-bank konvensional banyak yang bermain di instrumen derivatif yang memiliki unsur spekulasi tinggi," katanya dalam pembukaan seminar nasional ekonomi syariah di Jakarta, Selasa.

Bambang menambahkan meskipun memiliki daya tahan yang baik karena cenderung konservatif dan mengedepankan unsur kehati-hatian, namun bank syariah saat ini belum mendapatkan kepercayaan seluruhnya dari masyarakat.

Untuk itu, bank syariah harus memberikan bukti dan kontribusi pada stabilitas sistem keuangan, dengan memberikan pelayanan yang baik serta manajemen tata kelola yang berkualitas, agar tingkat kepercayaan konsumen dan aset makin berkembang.

"Disinilah diperlukan manajemen tata kelola yang harus dijaga sebaik-baiknya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, karena sekali berbuat kesalahan akan membuat sektor bank syariah tidak berkembang," kata Bambang.

Pemerintah, lanjut Bambang, juga terus memberikan dukungan kepada berkembangnya industri keuangan syariah, yang potensinya sangat besar, terkait kemudahan dari segi perpajakan atau keterlibatan dalam sistem keuangan negara.

"Meskipun punya potensi yang luar biasa, apalagi dengan kenyataan Indonesia merupakan negara muslim terbesar, pengalaman membuktikan kemajuan 'islamic finance' harus didukung pemerintah, tidak bisa berkembang alamiah," ujarnya.

Menurut dia, bank syariah memiliki karateristik yang berbeda dengan bank konvensional, apalagi bank konvensional telah memiliki sistem dan dukungan pembiayaan yang lebih mapan, sehingga intervensi pemerintah sangat dibutuhkan.

"Selain itu, pemerhati pelaku 'islamic finance' juga perlu untuk mengangkat isu ini ke tingkat nasional dan menjadi prioritas. Ini tidak mudah, karena kalau menyangkut keuangan, masyarakat Indonesia menjadi rasional," tambah Bambang.

Dengan demikian, lanjut dia, pelaku industri keuangan syariah, selain mencari model sosialisasi yang lebih rasional, juga harus melakukan pembenahan dari segi manajemen tata kelola agar produk dan pelayanannya makin berkualitas serta mampu bersaing.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement