EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 85 poin menjadi Rp12.935 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.850 per dolar AS.
"Minimnya sentimen positif pada rupiah membuat laju rupiah kembali berada dalam area pelemahan. Pelemahan lanjutan masih dimungkinkan jika sentimen yang ada masih membuat laju dolar AS menguat," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, Selasa (21/4).
Namun, ia mengatakan langkah dari bank sentral Cina yang mengeluarkan stimulus moneternya diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonominya sehingga berdampak pada negara sekitar yang pada gilirannya mengangkat mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
"Diharapkan dari dalam negeri muncul sentimen positif yang dapat mengimbangi sentimen eksternal," katanya
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan sentimen yang beredar di pasar global masih mendukung dolar AS untuk bergerak terhadap mayoritas mata uang dunia.
"Inflasi Amerika Serikat naik 0,2 persen pada Maret, bulan Februari lalu juga mencatat kenaikan inflasi yang sama. Kondisi itu membuat ekspektasi kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) kembali muncul. Inflasi merupakan salah satu indikator bagi the Fed untuk menaikan suku bunga," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, ketidakpastian tentang situasi di Yunani kembali membayangi pasar keuangan global. Investor khawatir terhadap Yunani yang dapat keluar dari negara Euro, sitiuasi itu membuat permintaan aset "safe haven" seperti dolar AS meningkat.
"Yunani dapat mengalami 'default' utangnya dan akhirnya keluar dari negara Euro. Saat ini pihak Athena sedang bernegosiasi dengan mitra negara Euro dan lembaga dana moneter (IMF) terkait reformasi yang dibutuhkan untuk dapat mengucurkan dana 'bailout'," katanya.