EKBIS.CO, JAKARTA – Development Bank of Singapore (DBS) mengusulkan kepada Indonesia memperbesar defisit neraca transaksi berjalan (CAD) untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2014 sebesar 5,02 persen.
“Saya tidak setuju, karena dengan membesarnya defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan tekanan negatif terhadap rupiah akan semakin besar,” ujar Plt Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (8/5).
Fauzi mengatakan, melihat struktur perekonomian Indonesia tidak digerakkan oleh ekspor, melainkan digerakkan oleh faktor2 domestik. Hal itu dibuktikan, sebanyak 65 persen dari PDB Indonesia adalah konsumsi domestik, dan 55 persen dari PDB adalah konsumsi masyarakat. sementara, net ekspor atau rasio ekspor dikurangi impor kurang dari 10 persen.
“Jadi bagi ekonomi Indonesia, pelemahan rupiah itu menggangu dan penguatan rupiah itu membantu. Karena dengan penguatan rupiah itu otomatis daya beli masyarakat terdongkrak,” jelasnya.
Fauzi menilai, lebih baik pertumbuhan ekonomi turun tapi ga turun terlalu banyak, atau berada di kisaran 5-5,5 persen, namun CAD terkendalikan di bawah 2 persen dari PDB. Dalam prospek suku bunga AS mulai naik walaupun naiknya diperkirakan tidak cukup banyak meskipun konsensus pasar 50 bps, risiko cuma naik 25 bps juga ada.
Karena Bank Sentral Jepang (BoJ) dan Bank Sentral Eropa (ECB) melakukan kebijakan moneter yang sangat longgar melalui kebijakan quantitative easing (QE) untuk memperlemah mata uang mereka. Bagi the Fed dengan penguatan dolar AS otomatis secara relatif tanpa menaikkan fed fund rate, the fed sudah melakukan pengetatan. Hal itu juga akan berdampak pada nilai tukar rupiah.