EKBIS.CO, BEIJING -- BKPM menggelar forum bisnis dengan sekitar 100 perusahaan Tiongkok, guna memperkenalkan potensi investasi di Indonesia dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai bentuk komitmen BKPM untuk mempermudah calon investor menanamkan modalnya di Indonesia.
"Forum bisnis yang digelar BKPM ini merupakan yang kali pertama digelar," kata Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani kepada Antara di Beijing, Kamis (14/5), sebelum pelaksanaan forum bisnis yang dihadiri pula Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Kepala BKPM menuturkan realisasi investasi Tiongkok di Indonesia masih relatif kecil. "Tingkat rasio investasi Tiongkok di Indonesia baru 10 persen, artinya dari sepuluh investor Tiongkok yang menanamkan modalnya di Indonesia, hanya satu yang terealisasi," kata Franky.
BKPM mencatat realisasi investasi Tiongkok di Indonesia pada kuartal keempat 2014. Untuk kali pertama Tiongkok menduduki peringkat keempat sebagai negara asal investasi ke Indonesia, namun pada kuartal pertama 2015 mencapai 75,1 juta dolar AS dengan 200 proyek.
"Jumlah tersebut menjadikan Tiongkok masuk dalam 10 negara asal investasi ke Indonesia," katanya.
Sedangkan untuk kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2014) nilai realisasi investasi Tiongkok ke Indonesia mencapai 1,5 miliar dolar AS atau sekitar tujuh persen dari total rencana investasi yang tercatat 23,3 miliar dolar AS.
"Padahal potensi investasi dari Tiongkok sangat besar, karena itu BKPM terus melakukan pembenahan aktif internal antara lain lebih proaktif memperkenalkan potensi investasi yang dimiliki Indonesia, memberikan fasilitas dan pendampingan bagi investor Tiongkok di Indonesia, rutin menggelar 'market sounding' dan forum bisnis yang baru kali pertama diadakan di Tiongkok," tutur Franky.
Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo mengatakan dengan besarnya potensi investasi yang dimilliki Tiongkok, maka negara Panda itu mampu masuk jajaran lima besar negara asal investasi bagi Indonesia.
"Namun, hal itu perlu kerja sama dan komitmen yang kuat antara kedua pihak, agar realisasi investasi makin banyak terealisasi, arus perdagangan dan turis kedua negara juga semakin meningkat," katanya.
Kedutaan Besar RI di Beijing, senantiasa mendukung kalangan pebisnis dari kedua pihak untuk melakukan invetasi, perdagangan dan pariwisata. "Ini merupakan komitmen KBRI untuk mendorong sinergi, kerja sama dengan pihak swasta untuk mendorong kerja sama ekonom dalam arti luas antara Indonesia dan Tiongkok," tutur Soegeng.
Wakil Presiden Bank of China Gao Ying Xin mengatakan hubungan Indonesia dan Tiongkok terus mengalami peningkatan, ditandai dengan saling kunjungan kepala negara kedua negara dalam beberapa waktu silam, terutama pada 2015 yang menandai 65 hubungan kedua negara.
"Kami telah mendanai beberapa proyek investasi di Indonesia seperti pertambangan di Kalimantan dan Sulawesi. Dan mitra pelanggan kami antara lain Garuda Indonesia, Krakatau Steel, Sinar Mas, bahkan kami juga telah memprogramkan untuk UKM," katanya.
Gao Ying Xin mengatakan Indonesia merupakan mitra dagang terbesar bagi Tiongkok di Asia Tenggara, dan dengan jalur pantai terpanjang yang dimiliki Indonesia, maka posisi Indonesia akan semakin strategis untuk proyek Tiongkok 'One Belt, One Road', dan dengan segala keuntungan itu, maka saya yakin arus investasi, perdagangan kedua negara akan semakin meningkat di masa datang. Seratus pengusaha yang hadir dalam bisnis forum tersebut antara lain bergerak di sektor pertambangan, telekomunikasi, pertambangan dan infrastruktur.