EKBIS.CO, DEPOK -- Pemberian zakat, terutama yang diiringi pendampingan dari lembaga pengelola zakat, memberi perubahan bagi mustahik. Meski yang terlihat jelas adalah perbaikan pendapatan, pendampingan diharapkan bisa memperbaiki aspek spiritual dan kesehatan.
Dalam paparan hasil penelitian yang dilakukan bersama Caesar Pratama tentang pengaruh zakat terhadap kesejahteraan mustahik, peneliti ekonomi syariah IPB Irfan Syauqi Beik mengatakan, selama ini pendekatan ukuran masyarakat miskin masih materi.
BKKBN membagi kriteria keluarga miskin dalam kategori pra sejahtera dan sejahtera 1 serta tidak miskin di kelompok sejahtera 2. Kemampuan melaksanakan spiritual ada di ciri keluarga sejahtera 2.
''Jika 15,5 juta keluarga yang setara sekitar 70 juta jiwa pra sejahtera dan sejahtera 1 (kelompok miskin) tidak punya ciri beribadah, bagaimana membentuk mentalitasnya?'' ungkap Irfan dalam diskusi hasil penelititian pilihan Forum Ekonomi Keuangan Syariah (FREKS) 2015 beberapa waktu lalu.
Menggunakan model CIBEST, ada empat masyarakat dibagi dalam empat, yakni sejahtera, miskin material, miskin spiritual, dan miskin absolut. Selain materi, indikator yang digunakan juga mencakup spiritual berupa kemampuan menjalankan ibadah wajib serta pengaruh eksternal lingkungan atau kebijakan pemerintah yang menghambat ibadah.
Dari 121 responden mustahik di empat desa di Kecamatan Jampang, Ciseeng, dan Parung Kabupaten Bogor di bawah program pemberdayaan zakat LAZ Dompet Dhuafa, pendapatan mustahik meningkat 147,14 persen dalam setahun program dari rata-rata Rp874 ribu per rumah tangga per bulan menjadi Rp2,160 juta per rumah tangga per bulan.
Batas kemiskinan spiritual dari uji ini minimal pada skor tiga. Sebelum penelitian, batas kemiskinan spiritual mustahik sudah 3,5.
Melalui program pemberdayaan yang dilakukan, garis miskin spiritual naik dari 3,5 menjadi 4,3. ''Program pembinaan dengan pendampingan spiritual membawa perbaikan,'' kata Irfan.
Semua komponen kemiskinan pun turun. Kemiskinan spiritual turun 1,6 persen, kemiskinan material turun 49,6 persen, kemiskinan absolut turun 12,3 persen.
''Secara keseluruhan pembinaan spiritual dan pemberdayaan ekonomi, didapati ada peningkatan kesejahteraan hingga 63,7 persen,'' kata Irfan.
Ia menilai, salah satu kelemahan pengentasan kemiskinan adalah pendekatan proyek sekali jalan. Secara administrasi bisa dipertanggungjawabkan, tapi tidak mengubah esensi dan tidak bersifat mendasar. Jika tidak diiringi pendampingan spiritual kontinyu, program pengentasan kemiskinan yang sementara khawatir justru merusak.
Menggunakan pendekatan dis-agregasi human development index (HDI), peneliti ekonomi syariah FEB UI, M Soleh Nurzaman mencoba membandingkan dampak pemberian zakat terhadap HDI di skala rumah tangga dan membandingkan efek pemberian dana zakat dan non zakat (dana komersil) dengan indikator kesejateraan, pendidikan dan tingkat harapan hidup.
Di tahun pertama ia meneliti 133 penerima zakat dengan total 585 anggota dan kelompok kontrol penerima non zakat 30 rumah tangga dengan 155 anggota keluarga. Di tahun ke dua, dari 133 rumah tangga penerima zakat, hanya 90 yang bisa ditemui kembali, sementara penerima non zakat tidak berlanjut karena pemberian dana komersil dihentikan.
Hasilnya, secara umum, HDI tahun ke dua meningkat dari tahun pertama, dari 60 persen di tahun pertama menjadi 69 persen di tahun ke dua.
''Tahun pertama mendapat intervensi zakat, pendidikan mustahik membaik. Tapi tingkat harapan hidup memburuk dan pendapatan masih. Tahun ke dua pendapatan naik, kesehatan serta harapan hidup turun dari 66 ke 62,'' ungkap Soleh.
Dari uji lanjutan, HDI rumah tangga mustahik penerima zakat dari penerima non zakat, tidak berbeda. ''Setelah diverifikasi, bagi mustahik, tidak penting dana yang diterima ini zakat atau non zakat, yang penting dapat dana meski ada margin yang harus dibayar,'' tutur Soleh.
Bagi para responden, lanjut Soleh, pendapatan adalah segalanya. Kalau sakit, sepanjang tidak parah dan masih bisa bekerja, tidak masalah.
Tapi dalam perspektif islam, tentu tidak sederhana ini. Karena itu disarankan ada program komplemen dan isolasi berupa kampung madani yang dibangun Dompet Dhuafa. Karena ada juga yang pendampingan, tapi tidak khusus dan spesifik.