EKBIS.CO, JAKARTA -- Pihak berwenang Brasil telah menghentikan pembangunan pabrik untuk raksasa kendaraan listrik (EV) China, BYD. Hal itu lantaran alasan para pekerjanya hidup dalam kondisi yang sebanding dengan ‘perbudakan’.
Lebih dari 160 pekerja telah diselamatkan di negara bagian Bahia di timur laut Brasil, menurut pernyataan dari Kantor Kejaksaan Tenaga Kerja Umum (MPT).
Mereka diduga ditempatkan di lingkungan yang ‘merendahkan’, dan paspor serta gaji mereka ditahan oleh sebuah perusahaan bangunan.
BYD mengatakan dalam sebuah pernyataan pihaknya telah memutuskan hubungan dengan perusahaan yang terlibat dan tetap berkomitmen untuk mematuhi sepenuhnya undang-undang (UU) Brasil.
Pabrik tersebut dijadwalkan beroperasi pada Maret 2025, dan ditetapkan menjadi pabrik kendaraan listrik pertama BYD di luar Asia.
Para pekerja yang dipekerjakan oleh Jinjiang Construction Brasil tinggal di empat fasilitas di kota Camacari. Di salah satu fasilitas tersebutu, para pekerja dipaksa tidur di tempat tidur tanpa kasur, menurut Jaksa.
Setiap kamar mandi juga digunakan bersama oleh sebanyak 31 pekerja, sehingga mereka harus bangun pagi-pagi sekali agar siap bekerja.
“Kondisi yang ditemukan di tempat tinggal tersebut mengungkap gambaran yang mengkhawatirkan tentang ketidakamanan dan degradasi,” kata MPT, dikutip dari Bbc.com, Kamis (26/12/2024).
“Kondisi seperti perbudakan,” sebagaimana didefinisikan oleh Hukum Brasil, mencakup perbudakan utang dan pekerjaan yang melanggar martabat manusia.
MPT menambahkan situasi tersebut juga merupakan ‘kerja paksa’. Sebab banyak pekerja yang upahnya ditahan dan menghadapi biaya berlebihan karena pemutusan kontrak mereka.
BYD mengatakan, pekerja yang terkena dampak telah dipindahkan ke hotel. Ditambahkannya, pihaknya telah melakukan ‘kajian rinci’ terhadap kondisi kerja dan kehidupan karyawan kontrak, dan meminta beberapa kali agar perusahaan kontruksi tersebut melakukan perbaikan.
Diketahui, BYD, kependekan dari Build Your Dreams, adalah salah satu produsen kendaraan listrik terbesar di dunia. Perusahaan tersebut menjual lebih banyak kendaraan listrik daripada Tesla milik Elon Musk dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, karena keduanya bersaing utuk mendapatkan posisi teratas di sektor tersebut.
Perusahaan itu juga telah memperluas pijakannya di Brasil, yang merupakan pasar luar negeri terbesarnya dengan selisih yang lebar. Pabrik pertama kali dibuka di Sao Paulo pada 2915, memproduksi sasis untuk bus listrik.
Tahun lalu, perusahaan mengumumkan akan berinvestasi sebesar 3 miliar real atau sekitar 484,2 juta dolar AS di Brasil untuk membangun pabrik manufaktur kendaraan listrik.
Penjualan kendaraan listrik di China telah didorong oleh subsidi pemerintah yang mendorong konsumen untuk mengganti mobil bertenaga bensin dengan kendaran listrik atau hibrida.
Tetapi ada reaksi keras yang semakin meningkat di luar negeri terhadap apa yang sebagian orang lihat sebagai dukungan tidak adik pemerintah China terhadap produsen mobil dalam negeri.
Pasar utama seperti AS dan UE telah mengenakan tarif pada kendaraan listrik dari China, dan tarif yang lebih tinggi diperkirakan akan berlaku pada pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump.