EKBIS.CO, TOKYO -- Kumpulan perusahaan dagang besar (trading houses) di Jepang berencana meningkatkan penjualan asetnya dan menarik rencana pengeluaran investasinya hingga 10 miliar dolar AS selama tiga tahun ke depan. Hal ini didorong merosotnya penjualan komoditas global.
Pengurangan investasi berarti mengurangi pengeluaran energi dan mineral untuk sejumlah proyek yang berujung pada pengetatan pertumbuhan. Aset yang dijual untuk membantu ekspansi dana untuk infrastruktur, listrik, pelayanan kesehatan, dan makanan.
"Lima perusahaan dagang besar di Jepang kini semua fokus menghasilkan uang tunai atau cash manajemen," kata analis senior SMBC Nikko Securities, Akira Morimoto, dilansir dari Reuters, Jumat (15/5).
Trading Houses dikenal sebagai shosha di Jepang, dipimpin oleh Mitsubishi Corp dan Mitsui&Co. Sejak komoditas global terus menurun, perusahaan-perusahaan besar ini merugi hingga 5,2 miliar dolar AS sejak Maret 2015.
Perusahaaan berikutnya berencana menjaga anggaran investasi dalam arus kas operasi mereka. Mereka juga akan mendaur ulang aset atau menjual aset di luar aset inti.
"Kami sudah kehilangan kredibilitas sejak kerugian besar 310 miliar yen, terutama akibat impor bijih besi. Ini kerugian tahunan terbesar pertama dalam 16 tahun terakhir," kata Chief Financial Officer (CFO) Sumitomo, Hiroyuki Inohara.
Perusahaan berencana mengurangi investasi di bidang sumber daya alam sekitar 10 persen dari belanja total yang sudah dianggarkan 120 miliar yen selama tiga tahun ke depan. Angka ini setara dengan 40 persen dalam dua tahun terakhir.
Perusahaan trading houses terbesar lainnya di Jepang, Marubeni juga membukukan penurunan profit hingga 50 persen. Presiden Direktur Marubeni, Fumiya Kokobu mengatakan perusahaannya akan menarik kembali rencana investasi untuk menjaga arus kas tetap positif.