EKBIS.CO, JAKARTA -- Dibandingkan kuartal IV-2014, defisit transaksi berjalan di kuartal I-2015 mengalami penurunan.
Sebelumnya, mencapai 6,2 miliar dolar AS atau 2,81 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun kini sebesar 3,8 miliar dolar AS atau 1,8 persen dari PDB. Bank Indonesia (BI) meyakini kinerja transaksi berjalan akan terus membaik.
"Defisit transaksi berjalan pada triwulan berikutnya berpotensi terus membaik seiring dengan menurunnya volume impor BBM dan juga menurunnya konsumsi BBM," ujar Direktur Departemen Statistik BI, Endy Dwi Tjahjono, di Gedung BI, Jakarta, Jumat, (15/5).
Menurutnya, reformasi subsidi BBM memang memberikan dampak positif terhadap perbaikan defisit neraca transaksi berjalan.
"Impor minyak turun lebih besar, tidak semata-mata oleh harga tapi volumenya juga sudah turun," katanya.
Ia menambahkan, bila hal itu dilakukan secara konsisten, impor minyak bisa terus menurun di kuartal berikutnya. Berdasarkan data BI, impor minyak pada kuartal pertama tahun ini sebanyak 83 juta barel, menurun dibandingkan kuartal IV tahun lalu yang mencapai 96 juta barel.
Hanya saja bila proyek infrastruktur pemerintah bisa terealisasi dengan cepat, bisa berdampak pada peningkatan impor, terutama impor bahan baku. Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan defisit transaksi berjalan.
Meski begitu, Endy menyatakan tak perlu khawatir sebab neraca transaksi berjalan defisit merupakan defisit berkualitas. "Nantinya defisit akan memiliki kualitas lebih baik dibandingkan triwulan satu 2013," jelasnya.