Rabu 27 May 2015 19:41 WIB

BI: Inflasi Mei Pekan Ketiga Sebesar 0,4 Persen

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Inflasi Mei 2015: Aktivitas jual beli bahan makanan di Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (1/4).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Inflasi Mei 2015: Aktivitas jual beli bahan makanan di Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (1/4).

EKBIS.CO, JAKARTA --- Bank Indonesia mencatat inflasi pada pekan ketiga bulan Mei 2015 sebesar 0,4 persen (mtm). Inflasi pada akhir Mei diperkirakan lebih tinggi daripada April yang tercatat sebesar 0,36 persen (mtm) atau 6,79 persen (yoy).

"Inflasi Mei ada di minggu ketiga ada 0,4 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo di sela-sela Rakornas Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Rabu (27/5).

Agus menjelaskan,inflasi 0,4 persen pada bulan Mei bersumber dari peran harga pangan. Menurutnya, harga pangan harus selalu diperhatikan, termasuk bawang merah, cabe merah, daging ayam, telur ayam. Terlebih persiapan menjelang bulan puasa.

Sementara, inflasi bulan April sebesar 0,36 persen (mtm), kata Agus, sebetulnya April masih bisa deflasi. Tapi karena kenaikan BBM yang dilakukan akhir Maret berdampak adanya beberapa respons dalam bentuk penyesuaian harga angkutan dalam kota, penyesuaian harga gas elpiji 12 kg dan penyesuaian tarif kereta api.

Penyesuaian harga-harga tersebut menyumbang inflasi 0,36 persen (mtm) pada April. Menurutnya, perlu ada sinergi lebih baik lagi antara pemerintah pusat dengan daerah. Sehingga jika ada harga yang diatur pemerintah, bisa dilakukan perencnaaan agar tidak terlalu menekan inflasi.

Agus memperkirakan inflasi pada akhir kuartal II-2015 akan berada di kisaran 7,4 persen. Sedangkan akhir kuartal III-2015 akan ada di level 7,3 persen. Kemudian di akhir tahun 2015 inflasi bisa turun di level 4,2 persen (yoy).   

Agus menjelaskan, masalah struktural penyebab inflasi adalah defisit transkasi berjalan (CAD). Neraca transaksi berjalan yang defisit dipengaruhi turunnya harga komoditas. Akibatnya, nilai tukar rupiah juga melemah.

Sehingga bisa dampak ke inflasi. "Jadi yang kita ingikan komitmen untuk membangun infrastruktur untuk melakukan kegiatan processing yang memberikan nilai tambah atau hilirisasi itu harus terus dilakukan. Sehingga nanti transkasi berjalan akan lebih seimbang dan sehat, serta tidak akan ada lagi tekanan inflasi akibat dari nilai tukar," harapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement