EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Institut for Development of Economics anda Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, menilai ada kemungkinan isu beras sintetis yang dikenal masyarakat sebagai beras plastik akan menghambat perkembangan beras analog. Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi jika dilihat dari biaya produksinya.
“Ya, bisa jadi beras sintetis bisa menghambat jika biaya produksinya benar lebih mahal dari beras asli,” ungkap Enny kepada ROL, Senin (1/6). Menurutnya secara ekonomis dapat memiliki kemungkinan adanya motif untuk menghambat perkembangan beras analog.
Lebih lanjut ia menjelaskan, biaya produksi beras plastik akan lebih mahal jika dibandingkan dengan beras asli. Terkait hal tersebut menurutnya, tidak ada keuntungan bagi penyebar beras tersebut jika dijual dengan harga yang sama saja dengan beras asli.
“Kalau beras plastik harganya tidak mahal kan berarti motifnya bukan ekonomi,” kata Enny. Ia menambahkan, jika motif ekonomi tidak mungkin maka ada kemungkinan untuk menghambat perkembangan beras analog yang hingga kini masih dalam tahap perkembangan dan belum diproduksi secara masal.
Selain itu, masih menurut Enny, masih ada hal yang membingungkan mengenai hasil penelitian Sucofindo yang menyatakan positif mengandung bahan kimia plastik. Menurutnya, hal tersebut harus ditindak lanjuti sehingga motif yang sebenarnya mengenai info beras plastik bisa terungkap.
Diketahui sebelumnya, menurut Enny, apabila isu beras plastik tersebut telah berhasil diterima masyarakat maka akan ada kesulitan tertentu. Menurutnya, para peneliti atau pihak yang mendukung program beras analog akan sangat sulit melakukan sosialisasi.