EKBIS.CO, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyadari, tugasnya untuk membenahi tata kelola energi tidak akan semudah membalik telapak tangan. Kebijakannya untuk melakukan restrukturisasi energi dari hulu ke hilir, dinilai membuat gerah mereka yang terlanjut ambil kesempatan dalam sektor energi ini.
"Tugas bangsa ini mengurus energi ke depan, salah satu tugas membuat platform. Risikonya memang asik, di hajar kiri kanan, di isukan macam-macam, para pengimpor yang biasa akan tidak nyaman," ujar Sudirman, Senin (1/6).
Namun Sudirman merasa tidak gentar. Dirinya terus melakukan pembenahan mendalam di bidang energi, salah satunya dengan pembubaran Pertamina Energi Trading Limited atau Petral. Namun Sudirman menegaskan bahwa tugas besar di sektor energi lebih dari sekedar Petral.
"Saya makin yakin sudah waktunya berpikir pragmatis berhenti, memikirkan jangka panjang. Contoh jangka pendek, membiarkan subsidi terus menerus, merepotkan fiskal, masyarakat terbiasa tidak adil," ujar Sudirman.
Di sisi lain, pembenahan di sektor hilir juga dilakukan. Salah satunya dengan mencanangkan pembangunan kilang minyak serta pemanfaatan kilang-kilang tak terpakai yang dimiliki oleh industri non-migas.
"Kebijakan itu kebijakan dengan baik, alih-alih melakukan eksplorasi supaya naik, membangun fasilitas kilang, menyiapkan storage, dilakukan semua tapi asik mengimpor," kata Sudirman lagi.
Sebelumnya, kepada Republika Sudirman sempat mengaku tidak gentar ketika gencar melakukan perlawanan terhadap mafia migas. Sudirman mengaku bahwa apa yang dia lakukan sebelum ini, termasuk pembubaran Petral bersama Pertamina, adalah bentuk dari reformasi struktural. Cara ini dia anggap ampuh untuk menjegal langkah para pemburu rente, mafia yang berupaya mengambil keuntungan secara tidak sehat dalam industri minyak dan gas Indonesia.