EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil akan melakukan impor khusus pada komoditas bawang merah menjelang bulan puasa dan lebaran. Hal itu untuk mengantisipasi kenaikan harga kebutuhan pokok terutama bawang menjelang momen bulan puasa dan lebaran.
Menurutnya, mayoritas konsumsi bawang memang produksi dalam negeri. Namun, pemerintah rutin melakukan impor dan ekspor bawang merah. Sekali waktu impor dan ekspor di waktu lain.
"Keputusan waktu itu, bawang merah kita akan impor tapi impornya mungkin di daerah yang bukan produksi," kata Sofyan kepada Republika Online, Ahad (7/6).
Sebab, kenaikan harga bawang merah dimungkinkan di luar wilayah penghasil bawang merah. Misalnya, produksi bawang merah di Brebes, harga bawang yang naik di daerah lain. Sehingga, impornya lebih bersifat lokal. Selain impor, menurutnya, yang paling penting menekan harga barang dan mencari penyebab kenaikan harga. Jika harga naik karena suplai berkurang maka ditambah suplai. Sebab, kemungkinan besar kenaikan harga barang karena suplai yang kurang.
"Itu yang harus dilakukan. Karena kalau menanam di dalam negeri kan perlu waktu, kebutuhan lebaran ini ya kita buka pintu impor aja," tegasnya.
Di samping itu, pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan tim pengendalian inflasi daerah (TPID) untuk pengendalian harga.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, dalam sidaknya di Pasar Tradisional Terong Makassar mendapati harga bawang merah lokal dari Bantaeng Rp 16 ribu - Rp 20 ribu per kilogram. Sedangkan bawang dari Bima Rp 40 ribu per kilogram.
"Sulawesi Selatan memiliki stok sekitar 5.000 ton, sedangkan harga bawang di tingkat petani antara Rp 17 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram," jelasnya.