EKBIS.CO, NUSA DUA -- Pengamat perminyakan Maizar Rahman memprediksi harga minyak mentah Indonesia (ICP) selama beberapa bulan mendatang melonjak. Lonjakan terjadi akibat sejumlah faktor, di antaranya penurunan produksi minyak di Amerika Serikat dan geopolitik di Timur Tengah.
Diperkirakan harga minyak mentah akan kembali naik pada Juni 2015 pada kisaran 61-66 dolar AS per barel. "Faktor-faktor yang memperkuat harga tersebut adalah dimulainya 'driving season' ketidakstabilan geopolitik Timur Tengah," ujar Maizar ditemui pada Seminar Internasional Mahasiswa Energi (ISES) Institut Teknologi Bandung (ITB) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (13/2).
Dia menyebutkan, dari hasil perhitungan formula ICP, harga minyak mentah Indonesia dalam Mei 2015 mengalami peningkatan dibandingkan bulan April 2015. Harga rata-rata minyak mentah Indonesia naik sebesar 4,28 dolar AS per barel dari harga semula sebesar 57,58 dolar AS per barel menjadi menjadi 61,86 dolar AS.
Mantan Sekretaris Jenderal OPEC itu menjelaskan bahwa peningkatan harga minyak mentah Indonesia tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional. Diakibatkan beberapa faktor antara lain berdasarkan publikasi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Dalam publikasi pada bulan Mei 2015 itu menyebutkan pasokan minyak mentah OPEC tanpa Irak di bulan April 2015 mengalami penurunan sebesar 0,03 juta barel per hari menjadi sebesar 27,17 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu proyeksi pasokan minyak mentah non-OPEC tahun 2015 turun sebesar 0,01 juta barel per hari menjadi sebesar 57,16 juta barel per hari. Dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya dan proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2015 meningkat 0,05 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya menjadi sebesar 92,50 juta barel per hari.
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas, juga dipengaruhi oleh meningkatnya proyeksi permintaan minyak mentah di Cina pada 2015. Meningkatnya tingkat kinerja kilang seiring jumlah fasilitas inventori di Cina.