EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku cukup mewaspadai kemungkinan keluarnya Yunani dari zona Eropa. Jika terjadi, hal tersebut dapat memicu sentimen negatif dari pasar global terhadap negara-negara berkembang.
"Ini persoalannya lebih kepada masalah tingkat kepercayaan para pelaku pasar global. Kita harus punya persiapan yang kuat," kata Bambang di kantornya, Rabu (24/6).
Seperti diketahui, Yunani sedang dilanda krisis utang yang menyebabkan mereka terancam terdepak dari zona Eropa. Hal ini akan memunculkan sentimen negatif kepada para investor untuk menanamkan modalnya di negara berkembang seperti Indonesia.
Yang penting, kata Bambang, pemerintah harus terus berupaya menjaga fundamental makroekonomi. Yakni dengan menjaga kestabilan nilai tukar, pengelolaan anggaran, dan defisit transaksi berjalan.
"Sejauh ini, hampir semua variabel dalam kondisi bagus. Kecuali nilai tukar," ucapnya.
Deputi Ekonomi Makro dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus menyebut krisis utang di Yunani tidak ada dampak langsungnya terhadap perekonomian Indonesia. Sebab, Indonesia tidak memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Yunani.
"Sehingga relatif kecil pengaruhnya, termasuk kepada nilai tukar rupiah apabila hasil rapat zona Eropa tidak sesuai ekspektasi pasar," ucap Bobby.