EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah memberikan lampu hijau kepada PT Pertamina (persero) untuk menerbitkan global bond dalam waktu dekat. Surat utang ini diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan Pertamina dalam berinvestasi di Blok Mahakam. Pertamina sendiri membutuhkan 2,5 miliar dolar AS per tahunnya dalam mengelola blok Mahakam. Sedangkan kabarnya global bond yang diterbitkan sebesar 4 miliar dolar AS.
Kepala Unit Pengendali Kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widhyawan Prawiratmadja mengungkapkan, Pertamina bisa saja sebagai korporasi menerbitkan surat utang. Dia mengambil contoh, untuk mengelola lapangan Tangguh di Papua saja, British Petroleum memerlukan sumber dana dari luar.
"Itu kan sesuatu yang risikonya relatif kecil dan udah pasti ada marginnya. Tinggal sediakan dana saja. Pertamina kan selama ini juga ada corporate loan, global loan. Kalau perusahaan internal dari mana. Tangguh bikin train 3 aja butuh financing kok," jelas Widhyawan, Senin (6/7).
Hanya saja, dirinya mengaku belum ada pembahasan lebih detil dengan Pertamina. Sebagai langkah korporasi, maka kebijakan ini tentu diserahkan kepada Pertamina.
"Kalau global fund dari luar. Kalau dari dalam corporate banyak dari sindikasi nasional," ujarnya.
Sementara itu, pihak Pertamina menyatakan belum ada rencana untuk menerbitkan global bond. VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyebutkan, pihaknya belum ada rencana perseroan untuk menerbitkan surat utang. Wianda menegaskan, Pertamina telah memiliki pembacaan internal untuk membiayai investasi di Blok Mahakam.
"Belum ada rencana lagi dalam waktu dekat untuk global bond. Biaya investasi hulu yang telah kami anggarkan," jelas Wianda.
Artinya, Pertamina sudah menyiapkan dana investasi di dalam rencana operasi hulu. Sehingga, besar kemungkinan Pertamina tidak perlu menerbitkan surat utang. Hanya saja, Wianda menyebut belum ada keputusan koperasi terkait hal ini.
"Sebagai blok yang telah beroperasi. Mahakam simultan langsung menghasilkan revenue saat dioperasikan," ujar Wianda.
Hingga saat ini Pertamina masih menunggu kesepakatan dengan pihak Total E&P Indonesie serta Inpex Corporation terkait finalisasi term and condition. Wianda menyebut, pihak nya sangat terbuka untuk segera memutuskan hal ini.