Senin 06 Jul 2015 20:48 WIB

BI: Pengaruh Yunani Tergantung Fundamental Ekonomi Indonesia

Rep: c87/ Red: Satya Festiani
Bank Indonesia
Bank Indonesia

EKBIS.CO, JAKARTA -- Hasil sementara referendum Yunani menolak pemberian dana talangan. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan, dampak dari kondisi Yunani terhadap Indonesia tergantung seberapa kuat fundamental ekonomi nasional.

Peter mengatakan, untuk melihat dampak krisis Yunani, banyak data yang harus dilihat. Yang pasti, kata Peter, hubungan dagang antara Indonesia dengan Yunani tidak terlalu banyak. Tapi hubungannya dengan pasar keuangan, harus dilihat bagaimana perilaku investor. Jika investor akan melakukan flight to quality yakni pelarian modal dari aset yang berisiko tinggi ke aset yang berisiko rendah, seperti membeli aset dalam dolar AS maka dolar AS akan lebih kuat.

"Jika dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang tentunya punya pengaruh terdahap Indonesia. Seberapa besar pengaruh terhadap rupiah tergantung lagi seberapa kuat fundamental ekonomi Indonesia yang akan mempengaruhi nilai tukar," jelas Peter di gedung Bank Indonesia Jakarta, Senin (6/7).

Meski demikian, menurutnya, kondisi di Yunani bukan hal yang baru. Dalam banyak hal investor sudah mempersiapkan langkah untuk mengantisipasi pengaruh krisis Yunani.

Menurutnya, hubungan kondisi Yunani terhadap Indonesia lebih banyak ke sentimen dan kondisi fundamental di dalam negeri. Serta seberapa besar investor di pasar keuangan internasional melakukan flight to quality. Jika investor tidak terpengaruh kejadian di Yunani, lanjutnya, maka tidak akan berdampak besar terhadap rupiah.

Selain itu, Peter menegaskan Bank Indonesia akan selalu hadir di pasar. BI akan terus mengamati perkembangan nilai tukar dan perkembangan harga surat berharga negara. Sehingga kalau ada volatilitas yang di luar kewajaran atau volatilitas yang lebih tajam dari biasanya maka BI akan masuk dengan intervensi secara terukur. Baik untuk nilai tukarnya maupun untuk harga surat berharga negara. BI akan melakukan intervensi dengan cadangan devisa berdasarkan kebutuhan dan melakukan secara terukur.

"Kita tidak akan menghambur-hamburkan cadangan devisa untuk satu intervensi yang tidak punya dampak menjaga volatilitas tadi," tegasnya.

Peter menambahkan, BI juga tidak terlalu khawatir cadangan devisa menurun. Sebab, biasanya tekanan-tekanan terhadap nilai tukar akan berbeda-beda faktornya. Banyak faktor yang menyebabkan volatilitas di pasar keuangan termasuk Indonesia seperti kondisi Yunani maupun perbaikan data-data AS. Intervensi yang dilakukan BI, lanjutnya, akan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. "Jadi kita tidak akan menggunakan cadangan devisa untuk mempertahankan rupiah di satu level tertentu," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement