Sabtu 11 Jul 2015 16:43 WIB

Rupiah Masih Cenderung Melemah, Ini Saran BI untuk Pengusaha

Rep: Binti Solikah/ Red: Dwi Murdaningsih
 Petugas menunjukkan mata uang rupiah di tempat penukaran mata uang, Jakarta, Jumat (5/6).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Petugas menunjukkan mata uang rupiah di tempat penukaran mata uang, Jakarta, Jumat (5/6).

EKBIS.CO, JAKARTA --- Bank Indonesia memproyeksikan masih ada kecenderungan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, nilai tukar rupiah saat ini mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Selama beberapa pekan terakhir rupiah ada di kisaran Rp 13.30 kecenderungan melemahnya rupiah juga didorong adanya tren superdolar di dunia, yaitu dolar menguat terhadap semua mata uang (currency) karena ekonomi Amerika membaik. Sehingga pemerintah diminta waspada dan mengantisipasi dua hal.

Pertama, meyakinkan korporasi di Indonesia untuk mengelola utang luar negeri (ULN) dengan baik. Menurutnya, punya ULN tidak masalah asal untuk kegiatan produktif. Artinya memberikan manfaat dan dilunasi dari hasil kegiatan yang dibiayai secara produktif. Bank Indonesia, lanjutnya, sudah meminta kepada korporasi untuk melakukan kehati-hatian melalui lindung nilai, rasio likuiditas, maupun rating yang baik.

Antisipasi kedua adalah permintaan dan persepsi. Sebab, permintaan dan persepsi terhadap dolar AS masih tinggi. Bahkan, setelah 30 Juni, yang seharusnya menggunakan rupiah ternyata masih menggunakan valas.

"Jadi kami ajak semua jajaran, untuk kedaulatan kita harus jaga penggunaan rupiah, dan sudah ada Undang-Undangnya, untuk pembayaran di NKRI harus dengan rupiah, dan tidak boleh menolak pembayaran rupiah," tegasnya.

Namun, ada kekhususan untuk perdagangan internasional, pembiayaan valas, untuk transaksi yang dibiayai APBN masih boleh dalam valas. Agus meminta semua korporasi tidak mementingkan kepentingan perusahaan sendiri, melainkan untuk menjaga kepentingan nasional.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement