EKBIS.CO, JAKARTA -- Relaksasi ekonomi sisi moneter yang digulirkan Bank Indonesia (BI) dinilai masih belum mampu mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan laju pertumbuhan kredit pada 2015 sebesar 12,8 persen, masih berada di bawah rata-rata periode 2010–2013 di atas 25 persen.
Implementasi peraturan loan to value (LTV) alias uang muka pembelian properti dan otomotif yang diturunkan belum banyak mendorong pertumbuhan kredit dalam tiga bulan mendatang. Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho mengatakan keadaan ini terjadi karena volatilitas nilai tukar yang masih tinggi.
"Konsumen akan cenderung lebih dalam posisi wait and see," papar Adi dalam penjelasan pers LPS, Selasa (14/7).
Pertumbuhan kredit perbankan (tahun ke tahun) masih dalam tren menurun pada April 2015, yaitu sebesar 10,42 persen. Level tersebut termasuk yang paling rendah dalam sejarah industri perbankan. Di sisi lain pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), merupakan gabungan tabungan dan deposito, tercatat 14,2 persen, menurun dibanding bulan lalu.
Pertumbuhan DPK masih ditopang oleh deposito, disebabkan lingkungan suku bunga yang tinggi serta peningkatan “dana parkir” dari giro dan tabungan akibat prospek ekonomi yang masih lemah.
DPK diprediksi tumbuh sebesar 14,1 persen, sehingga loan to deposit ratio (LDR) atau rasio tabungan terhadap pencairan kredir akan turun ke level 88,2 persen.