Kamis 23 Jul 2015 15:04 WIB

Kementan: Belum Ada Laporan Gagal Panen Akibat Kekeringan

Rep: Sonia Fitri/ Red: Satya Festiani
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah optimistis ancaman kekeringan lahan seluas 200 ribu hektare akibat gelombang panas El Nino tidak menggelisahkan. Kedatangannya yang diprediksi berlangsung hingga akhir tahun sampai saat ini dinyatakan belum mengganggu produktivitas padi nasional.

"Kekeringan tahun ini lebih aman dibandingkan tahun sebelumnya, hingga kini belum ada laporan sawah gagal panen," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Hasil Sembiring pada Kamis (23/7).

Diakuinya, potensi kekeringan 200 ribu hektar memang perlu diwaspadai. Namun langkah antisipasi serta turunnya hujan di sejumlah daerah sentra produksi membuatnya agak lega. Hujan, kata dia, membuat pasokan air cukup untuk mengairi sawah petani. Ia mencontohkan wilayah Aceh dan Sulawesi Selatan yang sudah diguyur hujan beberapa kali.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan El Nino tidak berpengaruh terhadap produktivitas beras. Pemerintah bahkan belum berencana melakukan impor beras kecuali untuk beras khusus yang memang tidak diproduksi di dalam negeri.

Mengantisipasi kedatangan El Nino Kementan telah merevisi anggaran sekitar Rp 880 miliar untuk membeli 40 ribu pompa air. Pompa tersebut didistribusikan ke daerah terdampak kekeringan.

Adapun solusi jangka panjang, dianggarkan dana Rp 2 triliun di tahun anggaran 2016 untuk pembangunan cekungan penampung air alias embung. "Di endemis kekeringan kita akan bangun embung di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Jawa dan lainnya," kata Sekretaris Jenderal Kementan Hari Priyono. Anggaran tersebut nantinya diberikan secara langsung kepada para petani melalui insentif pertanian.

Embung, kata dia, akan berguna menampung air ketika musim hujan tiba. Ketika kemarau tiba, persedian air dalam embung dipergunakan untuk mengairi persawahan. Dijelaskannya, fase-fase kritis bertani berada pada masa tanam awal hingga munculnya malai atau sekumpulan bunga padi. Di sanalah keersediaan air perlu dijaga. Ketika fase itu terlewati, ia meyakini tak akan terjadi gagal panen.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement