Kamis 23 Jul 2015 19:51 WIB

Dongkrak Ekspor, Pemerintah Harus Fokus ke Industri Padat Karya

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Satya Festiani
 Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, salah satu upaya pemerintah untuk mendongkrak ekspor yakni fokus mendorong industri padat karya. Pasalnya, industri tersebut sangat berorientasi ekspor dan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Menurut Hariyadi, sebanyak 60 persen ekspor Indonesia adalah komoditas produk primer yang tidak punya nilai tambah sehingga ekspor terus menurun. Sementara, sektor industri padat karya seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) sangat penting bagi Indonesia karena punya nilai tambah dan berorientasi ekspor.  

"Kita harus lihat Vietnam, pendapatan dari ekspor industri tekstilnya sama dengan ekspor CPO kita," ujar Hariyadi ketika dihubungi Republika, Kamis (23/7).

Tak hanya itu, hilirisasi produk juga sangat penting dan semaksimal mungkin produk yang ada dihasilkan oleh industri di dalam negeri. Hariyadi mengatakan, salah satu kebijakan pemerintah untuk mengenakan bea masuk produk makanan dan minuman merupakan langkah agar membatasi impor. Pasalnya, apabila ekspor menurun maka salah satu langkah yang harus dilakukan yakni dengan menahan laju impor.

"Produk-produk subtitusi impor juga harus didorong sehingga pelan-pelan nantinya ekspor bisa naik," kata Hariyadi.

Menurut Hariyadi, sepanjang 2015 ini masih sulit bagi industri untuk meningkatkan ekspor. Peningkatan ekspor diperkirakan baru akan terlihat pada 2016, asalkan pemerintah serius untuk mendorong investasi yang berorientasi ekspor dan ada kebijakan yang mendukung.

Sementara itu, Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Didik J Rachbini mengatakan, salah satu penyebab nilai rupiah yang mengambang tidak stabil ini yakni adanya fundamental kepercayaan kepada pemerintah belum pulih. Salah satu yang bisa dipertahankan saat ini yakni arus modal masuk dari investor.

Menurut Didik, menurunnya kinerja ekspor Indonesia disebabkan oleh adanya kebijakan fiskal yang belum efektif. Setiap kebijakan publik hendaknya dapat saling menyokong dan berkesinambungan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement