EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi pada semester II. Belanja pemerintah, investasi swasta dan BUMN menjadi kunci memacu pertumbuhan sehingga tidak akan mentok di angka 4,7 persen seperti yang terjadi pada semester I.
"Sumber pertumbuhan di semester II masih banyak. Ini akan membuat ekonomi kita akan lebih baik, setidaknya dibanding tahun 2014," kata Bambang di kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Ahad (9/8).
Bambang menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tersendat pada semester I karena masih minimnya serapan belanja pemerintah, khususnya belanja modal. Hingga 31 Juli 2015, belanja modal baru terserap Rp 38,6 triliun atau 15,3 persen dari pagu Rp 252 triliun.
Serapan belanja pemerintah masih rendah pada semester I karena terganggu adanya perubahan nomenklatur kementerian. Kementerian Pekerjaan Umum yang berubah nama menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat disebut baru efektif menyerap belanja modal pada bulan Mei.
"Belanja modal yang bisa diserap pada semester II ini kemungkinan 65-70 persen lagi. Ini angka signifikan dan diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan lebih tinggi," kata Bambang.
Selain belanja modal, pemerintah masih memiliki 'senjata' memacu pertumbuhan ekonomi. Yaitu investasi swasta dan BUMN. Khusus BUMN, ucap Bambang, pemerintah akan mencairkan seluruh penyertaan modal negara (PMN) dalam waktu dekat.
Seperti diketahui, pemerintah mengalokasokan PMN sebesar Rp 64,8 triliun dalam APBN Perubahan 2015. Namun hingga 31 Juli 2015, PMN yang telah dicairkan hanya Rp 7,1 triliun. "Sisanya insya Allah Agustus ini semua peraturan pemerintah (PP) pencairan PMN sudah jadi. Jadi bisa pencairan pada waktu yang tersisa hingga akhir tahun," kata Bambang.
Bambang menambahkan, pemerintah harus bisa memacu pertumbuhan ekonomi pada semester II minimal di angka 5,3 persen apabila ingin ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun ini. Sebab, ekonomi Indonesia pada semester I hanya 4,7 persen.
"Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi 4,7 persen pada semester I ini bisa dibilang tanpa adanya dorongan belanja pemerintah. Sedangkan semester II belanja pemerintah akan banyak yang terserap," kata dia.