EKBIS.CO, BEIJING -- Yuan Cina merosot ke nilai terendah setelah Bank Sentral Cina (PBOC) melakukan devaluasi terhadap mata uang itu. Kemerosotan ini menjadi yang terendah selama hampir tiga tahun.
Langkah itu muncul setelah ekspor Cina pada Juli merosot lebih dari yang diharapkan. Itu ditambah harga produsen yang mencapai titik terendah selama enam tahun.
"Cina mengakui Yuan sangat kuat menyakiti eksportir," kata Kepala Strategi Bank Skandinavia SEB untuk Asia di Singapura, Sean Yakota, dikutip the Economic Times, Selasa (11/8).
PBOC melakukan manufer moneter dengan memotong suku bunga harian mata uangnya sebesar 1,9 persen. Yuan dalam perdagangan off-shore saat ini 2,2 persen lebih lemah terhadap dolar. Mata uang naik sampai setinggi 6,3601 dari penutupan di hari Senin, 6.2136.
Langkah ini kemudian menempatkan tekanan di atas mata uang Asia lainnya. Dolar Singapura dan dolar Taiwan, misalnya, karena kebijakan itu kini menyentuh perlemahan terburuk dalam lima tahun belakangan. Sementara ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia jatuh ke nilai terburuknya sejak krisis ekonomi Asia 17 tahun yang lalu.
Adapun peso Filipina terperosok ke nilai terburuknya selama lima tahun ini. Sementara won Korea Selatan juga melemah sejak tiga tahun belakangan.
"Penurunan dua persen pada Yuan ini menambah urgensi dan keadaan volatil," lanjut Yakota.