Rabu 12 Aug 2015 17:40 WIB

Devaluasi Yuan, Dolar AS Makin tak Tertandingi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Djibril Muhammad
Dolar AS
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Dolar AS

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pelaku pasar turut merespon negatif langkah bank sentral Tiongkok, PBoC, yang melakukan devaluasi terhadap mata uangnya, Yuan. Langkah ini dikhawatirkan akan diikuti negara Asia lainnya untuk ikut melemahkan mata uangnya.

Pelaku pasar langsung price in dan berasumsi kinerja emiten akan semakin melemah dengan pelemahan rupiah sehingga aksi jual pun kembali marak dan tak terhindarkan. "Harapan kami akan terbatasnya pelemahan rupiah tidak terjadi," ujar Kepala Riset PT NK Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam siaran persnya, Rabu (12/8).

Terbukti, rupiah terlibas dengan kembali menguatnya laju dolar AS. Mata uang yang diharapkan mampu melawan dominasi dolar AS, yaitu Yuan, pergerakannya malah cenderung melemah seiring langkah devaluasi.

Menurut dia, kebijakan tersebut bagus untuk kegiatan ekspor agar barang ekspornya menjadi lebih kompetitif nilainya. Namun sadar atau tidak, Tiongkok tidak melihat efek sampingnya.

Dengan melemahnya laju Yuan maka mata uang tandingan seperti dolar AS menjadi tidak ada. GBP, Yen, Euro, hingga Rubel tidak mampu sebelumnya melawan dolar AS seiring peliknya masalah internal ekonominya.

"Jadi, melemahnya mata uang satu-satunya tandingan dolar AS tentu berimbas negatif pada pergerakan mata uang emerging market termasuk rupiah," ucap Reza.

 

Sempat mengalami kenaikan, di akhir sesi perdagangan kondisi bursa saham Asia cenderung berbalik melemah. Tampaknya harapan akan kian dekatnya kesepakatan Yunani dengan para kreditur atas nilai bailout sebesar 86 miliar Euro (94,75 triliun dolar AS).

Pelaku pasar lebih merespon kebijakan PBoC yang mendevaluasi nilai Yuannya. "Kebijakan tersebut membuat laju Euro kian melemah dan harga komoditas pun juga ikut melemah sehingga aksi jual saham-saham komoditas pun mengalami peningkatan," kata dia.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement