EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank BRI fokus menjaga kualitas kredit di tengah kondisi ekonomi yang melambat. Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, untuk memastikan perseroan tumbuh sehat di tengah kondisi ekonomi yang melemah, BRI fokus menjaga kualitas kredit atau level kredit bermasalah (non performing loan/ NPL).
"Dengan cara meningkatkan pengawasan dan pembinaan kepada debitur-debitur existing serta melakukan restrukturisasi pada usaha debitur yang sedang mengalami kesulitan," jelasnya dalam konferensi pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di gedung BRI Jakarta, Rabu (12/8).
Per Semester I-2015, NPL Bank BRI tercatat sebesar 2,33 persen (gross) dan 0,66 persen (nett). Rasio NPL tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 1,97 persen (gross) dan 0,57 persen (nett). BRI menargetkan rasio NPL di kisaran 2,3-2,4 persen pada akhir tahun 2015.
Terkait dampak pelemahan rupiah terhadap NPL bank, Asmawi menyatakan dampaknya nol. Sebab, BRI fokus di segmen mikro ritel yang tidak berdampak oleh mata uang yuan atau dolar AS. "Kalau di mikro risiko tertinggi hanya gagal panen sekarang kan tidak terjadi itu," ujarnya.
Asmawi menambahkan, saat ini pemerintah telah memberikan dukungan terhadap segmen mikro ritel terutama di sektor pertanian. Oleh sebab itu, penurunan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22 persen menjadi 12 persen. Hal itu dinilai sangat membantu dalam kondisi perlambatan ekonomi seperti saat ini.
Terkait pelemahan rupiah, Asmawi menilai, depresiasi mata uang memang terjadi di semua negara terutama mitra dagang Indonesia. Yang menjadi concern BRI yakni sejauh mana ketahanan nasabah BRI yang melakukan natural hedging.
Asmawi mengaku telah melakukakn stress test kepada nasabah yang miliki portofolio valas. "Kita lihat bahwa semua aman," imbuhnya.
Selain menjaga tingkat NPL, BRI juga melakukan langkah-langkah antisipatif dengan meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam setiap pelaksanaan proses bisnisnya dengan berpedoman prinsip Good Coroprate Governance (GCG).
Langkah selanjutnya dengan meningkatkan produktivitas aset, di antaranya melalui ekspansi kredit yang dilakukan secara selektif. Ekspansi kredit diprioritaskan pada segmen bisnis yang cukup tahan terhadap perlambatan ekonomi, yakni segmen mikro khususnya konsumsi rumah tangga dan masyarakat.
Sementara, untuk menjaga pertumbuhan laba (profitabilitas), BRI menekan biaya dana atau cost of fund. Caranya, dengan meningkatkan perolehan dana murah untuk memperbaiki struktur pendanaan. Selain itu, BRI juga melakukan pengendalian biaya melalui penetapan skala prioritas anggaran sesuai kebutuhan bisnis.
Sedangkan, pertumbuhan pendapatan jasa (fee based income) akan difokuskan dari peningkatan utilitas e-channel BRI dan jasa perbankan lainnya seperti trade finance dan remitansi. Selain itu, BRI juga mengintensifkan program layanan perbankan tanpa kantor (branchless banking) yang dikenal dengan Agen BRILink.