EKBIS.CO, JAKARTA -- Asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negera (RAPBN) 2016 sebesar 5,5 persen bisa saja tercapai. Seandainya ada optimalisasi stimulus fiskal, potensi pertumbuhan ekonomi 5,5 persen bukanlah angan-angan semata.
"Tapi kalau kinerja birokrasi begini-begini saja, kami sangat pesimis artinya target menjadi tidak realistis," kata pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati kepada ROL, Sabtu (15/8).
Intinya, kata Enny, tercapainya atau tidak target tersebut tergantung dari seberapa efektif stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah. Yang tidak kalah penting adalah mengembalikan kepercayaan dunia investor. Kredibilitas sangat penting karena hal inilah yang akan membawa keyakinan dunia kepada Indonesia.
Peran stimulus fiskal berkaitan dengan kepastian infrastruktur. Ini konkret dilakukan. Pasalnya acuan tersebut berguna bagi investor untuk melakukan investasi. "Kalau tidak ada, maka tidak akan terealisasi," ucapnya.
Saat ditanya mengenai formasi kabinet yang baru, Enny menyayangkan adanya perbedaan statement antara BUMN dan Kementerian Koordinator Kemaritiman tentang pelarangan pembelian pesawat PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Enny selalu mengilustrasikan hubungan antarlembaga layaknya orkestra.
Ketika ada nada sumbang, belum tentu dirigennya yang salah. Bisa jadi penyanyinya yang tidak bisa membawakan lagu dengan baik. "Nanti lihat lagi setelah Menko punya frame work, penyanyi (BUMN) akan langsung dilatih," kata dia.