EKBIS.CO, JAKARTA – Mungkin banyak yang tidak mengenal ikan pora-pora. “Ikan pora-pora itu mirip ikan bilih di Minangkabau. Sisiknya berwarna putih dan ekor berwarna kuning. Panjangnya sekitar 10-12 centimeter, lebih kecil dari ikan mujair,” tutur mantan Menteri Kelautan dan Perikanan di era Presiden Megawati Soekarnoputri, Rokhmin Dahuri, Senin (17/8).
Rokhmin mengemukakan, ikan pora-pora selama sekitar 10 tahun menjadi andalan nelayan pesisir Danau Toba. Hal itu setelah pada 2003 Rokhmin Dahuri melepas satu juta bibit ikan pora-pora di salah satu danau terbesar di Indonesia itu. “Produksi ikan pora-pora di Danau Toba melonjak,” ungkap Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.
Rokhmin menyebutkan, rasanya yang sangat gurih membuat ikan pora-pora diminati masyarakat luas. “Tiap hari berton-ton ikan pora-pora ditangkap oleh nelayan dan dijual ke Medan, Padang, Pekanbaru, bahkan hingga Jakarta,” kata Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan-IPB Bogor itu.
Apalagi, kata Rokhmin, harga jual ikan pora-pora relatif murah, terutama kalaun dibandingkan dengan ikan bilih. “Harga ikan bilih bisa mencapai Rp 50 ribu per kilogram. Sedangkan ikan pora-pora hanya sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram,” tutur Rokhmin yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Maritim dan Perikanan.
Namun, Rokhmin menambahkan, sejak setahun terakhir hasil tangkapan nelayan berupa ikan pora-pora di Danau Toba menurun drastis. “Hal itu mengakibatkan pendapatan nelayan pesisir Danau Toba jauh berkurang,” ujar Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia (GANTI), PDI-Perjuangan itu.