EKBIS.CO, JAKARTA -- Pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra mengaku khawatir dengan membengkaknya utang luar negeri pemerintah dan swasta. Apalagi, tak sedikit dari utang tersebut akan jatuh tempo akhir tahun ini.
"Saya sangat khawatir. Utang LN Pemerintah maupun swasta makin membesar, apalagi yg jatuh tempo Sept Okt ini," katanya lewat akun twitter pribadainya @Yusrilihza_Mhd yang dikutip Republika, Selasa (25/8).
Menurutnya, nilai tukar rupiah diatas 13.850 per 1 dollar AS sudah berhasil membuat bank swasta dalam zona merah. Apalagi jika nilai tukar rupiah sudah 14 ribu per 1 dollar AS.
"Bisa collaps tanggung cost operasional," katanya.
Ia mengatakan konglomerat yang utangnya dalam dollar AS dan akan jatuh tempo September ini mulai kewalahan karena utang tiba-tiba membesar karena kurs
"Utang itu menjerat. Kalau sdh berutang susah utk melepaskan diri. Ini dilema negara kita," katanya.
Yusril yakin utang yang tiba-tiba membengkak itu akan menyedot devisa. Celakanya, cadangan devisa Indonesia tak terlalu besar untuk terus menerus mengintervensi melemahnya nilai tukar rupiah.
Ekspor andalan Indonesia juga anjlok karena situasi ekonomi di Cina dan melemahnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor.
"Dengan cara apa atasi kesulitan ini? Tambah utang baru ke Bank Dunia, ADB dll? Ini justru akan memperparah keadaan. Saya mendoakan Pemerintah Presiden Jokowi punya jurus2 sakti atasi ancaman krisis ini," katanya.
Yusril pun mengaku tidak ahli dalam hal ekonomi, tetapi ia ikut terlibat menangani dampak krisis mulai tahun 1999. Ia pun menegaskan tak menawarkan solusi kepada pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut.
"Saya bukan Pemerintah. Tugas Pemerintah mencari solusinya," katanya.