EKBIS.CO, KUALA LUMPUR -- Kepemilikan sukuk terus turun dari 10,9 miliar ringgit pada Mei menjadi 9,8 miliar ringgit pada Juni dan menjadi 8,2 miliar pada Juli 2015.
Direktur Investasi Etiqa Insurance & Takaful Norlia Mat Yusof mengatakan, pelepasan surat utang oleh asing mendorong peningkatan imbal hasil.
''Kami juga mengurangi sukuk bertenor lebih dari 10 tahun karena kami mengharapkan adanya kenaikan imbal hasil,'' kata Kepala Transaksi Valas dan Surat Utang Asian Finance Bhd Zulkiflee Mohd. Nidzam seperti dikutip Business Times, Selasa (25/8).
Nidzam menyoroti rencana BMN yang justru akan mengikuti rencana The Fed meningkatkan suku bunga acuan. BNM masih menjaga suku bunga di level 3,25 persen sejak tahun lalu. Sebagai pengekspor minyak, ekonomi Malaysia juga kian tertekan dengan rendahnya harga minyak sejak pertengahan 2014.
Produk domestik bruto (PDB) juga hanya naik 4,9 persen dalam tiga bulan terakhir hingga Juni 2015, rekor terkecil sejak triwulan tiga 2013. Skandal politik sumbangan ke akun bank personal Perdana Menteri Najib Razak juga menimbulkan sentimen jual. Komisi Anti Korupsi Malaysia juga terus menyelidiki kasus donasi dari Timur Tengah pada 2013 ini.
Cadangan valas Malasyia juga turun 19 persen menjadi 94,5 miliar dolar AS. ''Imbal hasil sukuk masih berpotensi turun,'' kata Direktur Investasi Pheim Asset Management Asia Bhd James Lau.
Pelemahan ringgit dan peningkatan inflasi akan memicu peningkatan suku bunga. Karena itu lah investor enggan menahan sukuk bertenor lebih dari10 tahun.
Biaya yang lebih tinggi menyurutkan penerbitkan sukuk oleh korporasi di Malaysia. Dari data Bloomberg, penawaran sekuritas syariah turun 27 persen menjadi 30,1 miliar ringgit hingga saat ini. Nilai ini merupakan yang terkecil sejak 2010.
Harga barang pada Juli juga tercatat naik 3,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Catatan ini lebih tinggi dari prediksi Bloomberg 2,9 persen. Sementara BNM memprediksi inflasi berkisar 2-3 persen pada 2015 ini.