EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengakui perekonomian Indonesia masih rentan, terutama di sektor keuangan dan permodalan. Darmin bahkan menyebut tingkat kerentanan itu semakin lama semakin tinggi.
"Kerentanan itu sebagian hasil dari pengaruh global. Tapi juga sebagian dari kita sendiri," kata Darmin dalam acara diskusi di kantor Kementerian Keuangan, Senin (31/8).
Darmin mengatakan, salah satu bukti masih rentannya ekonomi adalah karena Indonesia masih memiliki twin defisit alias defisit ganda yakni defisit transaksi berjalan dan defisit anggaran.
"Beberapa puluh tahun lalu transaksi berjalan pernah surplus walaupun tidak besar. Tapi sekarang selalu defisit," kata Darmin.
Dia mengatakan, defisit transaksi berjalan Indonesia pernah berada dalam level terparah pada tahun 1983-1984 yakni lebih dari 5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Kala itu, kata dia, pemerintah merombak kebijakan dengan mengubah strategi industrialisasi dari yang tadinya berorientasi impor menjadi ekspor.
"Dalam dua sampai tiga tahun setelah ekspor didorong, akhirnya sembuh. Hebatnya kita disitu. Langkah seperti ini harus terus didorong," kata dia,
Darmin yang juga menjadi Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) tersebut juga menyoroti terlalu besarnya dana asing di pasar modal. Maka tak heran, ketika ada gejolak eksternal, pasar keuangan Indonesia ikut bergejolak. "Kita ini negara paling tinggi dana asingnya di permodalan. Ini yang harus dijawab dan dicari solusinya," ujar dia.