EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM), Tony Prasetiantono mengatakan, kurs rupiah yang menembus Rp 14 ribu per dolar AS sudah menakutkan. Menurutnya, nilai tukar rupiah harus dikembalikan ke level yang masuk akal.
"Apa pun alasannya itu nggak bener, ya level yang masuk akal sesuai dengan kemampuan kita. Kalau sekarang barangkali Rp 13 ribu per dolar AS, syukur-syukur bisa Rp 12.500 per dolar AS," jelas Tony kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Rabu, (2/9).
Menurutnya, semakin melemahnya rupiah disebabkan kecemasan yang berlebihan. "Celakanya setiap orang di dunia, ketika cemas pegangnya dolar," tambah Tony.
Tony mengungkapkan, banyaknya orang yang pegang dolar karena tak mungkin pegang kurs euro di tengah permasalahan ekonomi Uni Eropa. Menyimpan mata uang yen pun tak bisa, sebab perekonomian Jepang sedang stagnan.
Menurut dia, Cina bahkan telah membatasi peredaran kurs Yuan. Pemerintah Cina sengaja melakukan devaluasi agar mata uangnya tak terlalu menguat. "Jadi saya merasa rupiah di level Rp 14 ribu per dolar AS tak akan permanen, sebab saya sudah lihat tanda-tanda orang mulai berada di titik jenuh pegang dolar AS," jelas Tony.
Ia menuturkan, bila banyak investor mulai jenuh simpan dolar, maka akan segera dijual, namun tak lagi ke saham AS sehingga saham AS turun.
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, nilai tukar rupiah masih melemah hingga 39 poin atau 0,28 persen ke Rp 14.106 per dolar AS pada pembukaan hari ini. Kemudian sampai penutupan, rupiah ditutup terdepresiasi 0,28 persen atau 39 poin ke Rp 14.137 per dolar AS.
Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada level terlemah Rp 14.145 per dolar AS, dan terkuat Rp 14.098 per dolar AS.