EKBIS.CO, JAKARTA - Meski Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengaku proyek kereta cepat akan tetap berlanjut, namun spesifikasi kereta yang dipakai tetap berubah. Kecepatan kereta diminta dikurangi menjadi sekitar 250 km perjam. Padahal, kereta cepat Shinkansen Jepang mampu melaju hingga 350 perjam.
Pemerintah Jepang mengaku kecewa dengan keputusan pemerintahan Joko Widodo untuk mengulur proyek ini. Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki mengungkapan, meski pemerintah tetap menyebut proyek kereta cepat berlanjut, dengan meminta penurunan kecepatan secara definitif tidak ada lagi yang namanya kereta cepat.
Hal inilah yang membuat pihak Jepang kecewa. Pasalnya, Jepang telah melakukan studi tentang kereta cepat ini selama 3 tahun dan dengan dana yang tidak kecil.
Lebih lanjut Tanizaki menyatakan ada dua kekecewaan mendasar atas "batalnya" kereta cepat ini. Pertama, ujar dia, pemerintah meminta perpanjangan waktu untuk lakukan feasibility study terkait kereta cepat. Kedua, kepercayaan pemerintah Indonesia merupakan bukti atas keamanan dan kecanggihan Shinkansen. Namun dengan penolakan ini, Tanizaki mengaku hal ini bukan hal yang mudah untuk menjelaskan kepada pihak terkait di Jepang.
Selain itu Tanizaki pun mengaku baru hari ini mendengar permintaan pemerintah untuk menyiapkan kereta "medium". Mau tidak mau, atas putusan pemerintah ini Jepang akan melakukan studi lanjutan.