EKBIS.CO, BANGKOK – Proyek kereta cepat yang telah lama ditunggu-tunggu untuk menghubungkan Thailand ke Cina melalui Laos semakin mendekati realisasi. Dalam pernyataan terbaru, pihak Thailand menjanjikan penyelesaian bagian mereka dari proyek senilai 434 miliar baht (sekitar 12 miliar dolar AS) ini pada tahun 2028, dengan fokus pada peningkatan perdagangan bilateral dan pengembangan ekonomi.
Bila proyek ini terwujud, tidak hanya Thailand menjadi negara kedua di Asia Tenggara, selain Indonesia, yang memiliki proyek kereta cepat, tapi juga koneksivitas manusia dan barang dari Indonesia, Singapura, Thailand ke Cina makin terbuka.
Proyek ini terdiri dari dua tahap, dengan Thailand menargetkan penyelesaian tahap pertama pada tahun 2026. Jaringan kereta cepat ini akan membentang sepanjang 609 kilometer (378 mil) dari Bangkok menuju provinsi perbatasan Nong Khai di timur laut, di mana jembatan akan dibangun melintasi Sungai Mekong untuk menghubungkan dengan jalur China-Laos yang sudah ada.
"Uji coba layanan kereta antara Bangkok dan ibu kota Laos, Vientiane, akan dilaksanakan pada tanggal 13 dan 14 Juli," kata Ekarat Sriarayanphong, pejabat dari Badan Kereta Api Thailand, seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu. Dengan beroperasinya jalur baru ini, transportasi antara Thailand, Laos, dan Cina diharapkan meningkat secara signifikan.
Dengan diluncurkannya koneksi Thailand-Laos, perjalanan kereta dari Bangkok ke Beijing akan lebih mudah dilakukan. Rute baru ini akan mencakup pemberhentian di Vientiane dan kota Kunming di selatan Cina, yang memiliki layanan semi-cepat terpisah menuju Beijing. Meskipun perjalanan sepanjang sekitar 2.000 mil harus melewati medan pegunungan yang menantang, total waktu perjalanan diperkirakan hampir satu hari penuh, jauh lebih lama dibandingkan dengan penerbangan non-stop yang bisa ditempuh dalam waktu kurang dari lima jam.
Proyek kereta cepat ini diharapkan tidak hanya mempercepat perjalanan antar negara, tetapi juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan perdagangan regional. Para analis berpendapat bahwa konektivitas yang lebih baik akan meningkatkan investasi dan peluang bisnis di kawasan tersebut, mendukung tujuan ekonomi jangka panjang Thailand dan negara-negara tetangga.
Dari Laos, seperti dikutip dari AsiaTimes, Agustus kemarin, proyek jaringan kereta cepat yang menghubungkan Bangkok ke Beijing semakin mendekati realisasi dengan selesainya pembangunan jembatan dan rel kereta di atas Sungai Mekong antara Thailand dan Laos bulan Juni lalu. Ini merupakan langkah signifikan dalam memfasilitasi transportasi kereta lintas batas antara kedua negara, dan menandai pencapaian penting menjelang penghubungan dengan Cina.
Dengan dibukanya jalur kereta Thai-Lao, kini perjalanan kereta dari Stasiun Krung Thep Aphiwat di Bangkok ke Stasiun Khamsavath di Vientiane, ibu kota Laos, berlangsung dalam waktu sekitar 12 jam. Stasiun Khamsavath yang kecil, berada sekitar enam mil di luar pusat Vientiane, menjadi titik akhir bagi kereta-kereta baru ini.
Meskipun penumpang dan barang yang tiba dengan kereta dari Bangkok dapat menikmati bagian perjalanan ini, mereka masih harus melanjutkan perjalanan ke Vientiane Railway Station menggunakan taksi, van, atau kendaraan lainnya untuk menempuh beberapa puluh mil. Di antara dua stasiun ini, masih terbentang jarak yang memerlukan penyelesaian jalur kereta terakhir, yang diharapkan selesai pada 2028.
Vientiane Railway Station, yang lebih besar dan megah, terletak sekitar sepuluh mil di timur laut ibu kota Laos. Stasiun yang dibangun oleh Cina ini dirancang untuk melayani kereta cepat yang menghubungkan Vientiane dengan Tiongkok selatan. Sejak beroperasi pada tahun 2021, kereta cepat ini melayani rute dari Stasiun Vientiane menuju stasiun-stasiun di utara seperti Vang Vieng, Luang Prabang, Muang Xay, dan Luang Namtha, sebelum menyambung ke Stasiun Boten di provinsi Yunnan, Tiongkok.
Kereta-kereta tersebut dioperasikan oleh Laos–China Railway Co sebagai bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan yang dijalankan oleh Beijing. Dari Boten, penumpang dapat melanjutkan perjalanan ke berbagai tujuan di Tiongkok, termasuk Kunming, Beijing, Shanghai, dan Tibet.
Berita ini dibuat dengan bantuan Artificial Intelligence dan sudah melewati proses editing redaksi.