EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketidakpastian ekonomi di tingkat global semakin tinggi, karena The Fed belum jelas kapan menaikkan suku bunganya, ditambah Cina melakukan devaluasi yuan. Hal ini membuat Bank Indonesia (BI) lebih hati-hati menciptakan kebijakan moneter.
"Stance kita masih sama sejauh ini. Belum ada perubahan, karena ada ketidakpastian di sisi globalnya masih tinggi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung, di Jakarta, Jumat, (11/9). Ia menambahkan, atas dasar itu BI tak buru-buru untuk menaikkan BI Rate.
Menurut dia, ketidakpastian ekonomi global sudah mengakibatkan kurs rupiah terus melemah terhadap dola AS. Sehingga BI harus melakukan intervensi dengan mengeluarkan persedian dolarnya ke pasar keuangan, demi menstabilkan mata uang rupiah.
Akibatnya, jumlah cadangan devisa pada Agustus menurun hingga 2 miliar dolar AS menjadi 105 miliar dolar AS. Sebelumnya 107 miliar dolar AS. Meski begitu, Juda menilai persepsi investor pada pasar keuangan Indonesia masih positif. "Hal itu terlihat dari aliran modal yang masih masuk ke pasar obligasi negara," jelasnya.
Hanya saja ia tak memungkiri bila banyaknya aliran modal keluar dari pasar saham serta obligasi negara. Pada bulan lalu, BI mencatat, 70 persen modal yang kabur dari Indonesia, berasal dari pasar saham, sedangkan 30 persen sisanya dari pasar surat utang negara.
"yang sifatnya trader memang keluar di pasar SBN, tapi yang real money masuk," tutur Juda. Hal itu berarti, investor melihat prospek ekonomi Indonesia ke depan cukup baik.