EKBIS.CO, JAKARTA -- Data pertumbuhan investasi dan kinerja manufaktur di Cina Bulan Agustus, lebih kecil dari ekspektasi. Data perdagangan dan inflasi di Cina diperkirakan melemah embuat pertumbuhan ekonomi negara itu pada kuartal ketiga nanti dinilai akan berada di bawah 7 persen.
Jika perkiraan di atas terjadi, ini adalah yang pertama kalinya bagi Cina sejak krisi global. Melansir the Asian Age, Senin (14/9), perkiraan ini pun mengembalikan fokus lebih lanjut kepada pelemahan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Kekhawatiran akan pelambatan ekonomi Cina ini pun kemudian disinyalir akan mendorong spekulasi Bank Sentral AS (the Fed) kemungkinan bakal menunda kenaikan suku bunganya. "Laju perlambatan investasi aset tetap relatif cepat, ini diseret sektor properti. Namun, sektor manufaktur lamban," jelas Ekonom Senior di Commerzbank AG Singapura, Zhou Hao.
Katanya, secara keseluruhan perekonomian Cina sangat lemah. Ini pun membuat Bank Sentral Cina harus terus memotong suku bunga dan persyaratan cdangan bank. Melihat ini, ia pun yakin pertumbuhan ekonomi pada Juli-September akan sangat mungkin berada di bawah tujuh persen.
Bahkan, beberapa ekonom juga percaya pertumbuhan saat ini sudah jauh lebih lemah daripada data resmi yang dirilis. Produksi manufaktur pada Agustus misalnya, hanya naik satu persen secara year on year (yoy). Kemudian produksi komoditas industri utama, seperti baja dan batubara juga melemah. Adapun pertumbuhan investasi aset tetap juga melambat menjadi 10,9 persen pada tahun 2015.