Senin 14 Sep 2015 19:39 WIB

Kementan Turunkan Kuota Impor Sapi Indukan Jadi 5.000 Ekor

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas menurunkan sapi impor asal australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (2/9).Republika/Edwin Dwi Putranto
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Petugas menurunkan sapi impor asal australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (2/9).Republika/Edwin Dwi Putranto

EKBIS.CO, JAKARTA--Kementerian Pertanian (Kementan) menurunkan kuota impor sapi indukan di 2016 yakni hanya lima ribu ekor saja. Jumlah tersebut sangat jauh dari rencana impor sapi indukan di 2015 yakni sebanyak 30 ribu ekor.

Sapi indukan berguna untuk meningkatkan populasi sapi dalam upaya memulai cita-cita Indonesia mandiri sapi. "Karena hanya lima ribu, kita akan menggenjot produksi sapi lokal dari Sentra Peternakan Rakyat (SPR)," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan di sela-sela rapat kerja (Raker) dengan Komisi IV DPR RI pada Senin (14/9).

Adapun penyebab kuota impor hanya 5 ribu ekor, Muladno tak menyebut alasan pastinya. "Mungkin karena uangnya terbatas," tuturnya. Di mana, anggaran Kementan akan difokuskan untuk bidang lain yang lebih strategis. Dalam rapat kerja Kementan dengan Komisi IV DPR RI disepakati RAPBN untuk Kementan senilai Rp 32,8 triliun. Sementara untuk Dirjen PKH dialokasikan dana Rp 2,64 triliun.

Saat ini, lanjut dia, dari rencana impor indukan 30 ribu ekor, Kementan baru akan mendatangkan 11 ribu ekor sapi indukan. Itu pun masih dijanjikan akan datang pada akhir September 2015. Jika sapi indukan 30 ribu ekor tidak jadi datang hingga 2015 berakhir, maka otomatis program tersebut gagal terealisasi. Sebab, anggaran untuk pendatangan sapi indukan tidak bersifat multi years.

Ditjen PKH, lanjut dia, akan menggenjot populasi sapi dengan mengoptimalkan keberadaan SPR. "Itu tantangan kita," tuturnya. Diprogramkan akan ada produksi indukan ternak atau calon bibit dari SPR sebanyak 250 ribu ekor dengan anggaran 375 miliar. Ia akan menjadi calon indukan di 2016 dan menjadi indukan pada 2017.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement