EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak mengatakan, tekanan ekonomi global tidak menyurutkan upaya untuk menjaring pasar di Cina.
Apalagi, ekspor nonmigas Indonesia ke RRC selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,02 persen.
Langkah kompetitif Kementerian Perdagangan untuk tetap menjaring pasar Cina yakni dengan mengikuti pameran China-ASEAN Expo (CAEXPO ) 2015, yang berlangsung pada 18-21 September 2015. Dalam pameran yang akan digelar di Nanning International Covention and Exhibition Center, Cina tersebut, pemerintah Indonesia membuat program dengan membentuk pusat distribusi atau House of Indonesia.
“Dengan hadirnya House of Indonesia, upaya membuka akses pasar bagi produk Indonesia di Cina menjadi lebih luas dan langkah promosi ini menjadi peluang bagi Cina untuk mencari supplier baru dari Indonesia," ujar Nus, Selasa (15/9).
Nus menjelaskan, House of Indonesia hadir dalam konsep galeri atau display only berbasis business to business. Sebanyak 36 pelaku usaha sektor makanan, alas kaki, sarang burung walet, tekstil dan produk tekstil, furnitur, home decor, handicraft, kosmetik dan spa, tembakau, serta perhiasan akan mengelar produknya.
Nus optimis CAEXPO merupakan pameran yang efektif untuk menjaring pasar. Hal ini tergambar dari capaian positif Paviliun Indonesia setahun lalu yang berhasil dikunjungi 30.700 orang dengan jumlah transaksi sekitar 5,3 juta dolar AS.
“Hingga kini, CAEXPO telah menjadi pameran strategis guna menjaring peluang pasar Cina dan ASEAN," kata Nus.
Untuk memberikan nilai tambah dan mendongkrak transaksi, one-on-one business matching dengan para buyer potensial juga akan digelar saat peluncuran House of Indonesia sehingga terjadi peluang transaksi semakin besar. Bagi Indonesia, Cina merupakan mitra dagang utama sekaligus berada di posisi puncak sebagai negara tujuan ekspor dengan total nilai perdagangan pada 2014 mencapai 48,2 miliar dolar AS.
Perdagangan Indonesia-Cina selama periode 2010-2014 mengalami pertumbuhan rata-rata 6,7 persen. Namun, neraca perdagangan kedua negara pada 2014 menunjukkan posisi defisit untuk Indonesia sebesar 13,0 miliar dolar AS.
Sementara, pada periode Januari-Juni 2015, total perdagangan kedua negara mencapai 22,3 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan 8,96 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.