EKBIS.CO, JAKARTA - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya indeks harga saham gabungan bukanlah sebuah krisis. Kondisi saat ini diklaim berbeda dengan krisis 1998 dan 2008.
Menurut Bambang, kondisi saat ini tidak bisa disamakan dengan krisis keuangan Asia atau regional pada 1998 ataupun krisis global pada 2008. Sekarang, kata Bambang, ekonomi Amerika Serikat ataupun Eropa masih tumbuh. Begitu juga dengan negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
Pada 1998, jelas Bambang, Asia mengalami krisis keuangan karena krisis tersebut terlokalisasi hanya di Asia. Sedangkan pada 2008, ambruknya keuangan AS berimbas ke seluruh dunia.
"Sekarang sistem keuangan tidak kolaps. Masih relatif kuat. Ini hanya perlambatan perekonomian akibat ketidakpastian yang membuat market bergejolak lebih lama," ujar Bambang di kantornya, Senin (21/9).
Bambang menjelaskan, fenomena ini terjadi karena telah dihentikannya stimulus moneter oleh Amerika Serikat. Apalagi, dalam waktu dekat ini AS pun berencana menaikkan suku bunganya.
"Ekonomi global belum pernah alami stimulus moneter. Begitu disetop dan ada pengetatan, pasti bergejolak. Ini hal baru yang dialami kita dan juga seluruh negara," ujar dia.