EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) telah mengumumkan langkah-langkah lebih lanjut untuk stabilisasi nilai tukar rupiah yang berfokus pada pengelolaan pasokan dan permintaan valuta asing (valas).
Bank sentral juga akan mulai melakukan intervensi di pasar forward untuk mengurangi tekanan di pasar spot dan persyaratan lindung nilai korporasi untuk mengurangi volatilitas pasar.
Untuk mendorong suplai mata uang asing, BI akan menaikkan threshold (ambang batas) forward jual yang wajib menggunakan underlying dari semula 1 juta dolar AS menjadi 5 juta dolar AS per transaksi per nasabah. Serta memperluas cakupan underlying khusus untuk forward jual termasuk deposito valas di dalam negeri dan luar negeri.
Untuk meningkatkan pasokan dolar AS di lokal, BI berencana menawarkan tagihan valuta asing sebelum akhir Oktober. Selain itu, holding period Sertifikat BI (SBI) dikurangi dari satu bulan menjadi satu pekan untuk menarik arus masuk modal asing.
Ekonom United Overseas Bank (UOB), Ho Woei Chen, mengatakan, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi cukup tajam sebesar 15,5 persen (ytd) terhadap dolar AS, merupakan yang terendah dalam 17 tahun.
Karena tekanan depresiasi rupiah, BI telah meluncurkan berbagai langkah sejak awal tahun ini, termasuk persyaratan lindung nilai untuk korporasi dengan utang luar negeri dan kewajiban penggunaan mata uang rupiah untuk semua transaksi domestik cash dan non-cash di dalam negeri.
Namun, depresiasi rupiah telah melambat dalam seminggu terakhir dengan diperdagangkan sebagian besar terbatas pada Rp 14.570 - Rp 14.830 per dolar AS.
Selain itu, kurva non deliverable forward (NDF) telah jatuh semalam dalam menanggapi pengumuman BI. Di pasar NDF, satu tahun dolar AS terhadap rupiah telah bergeser ke sekitar 16.497 dari 16.691 pada Rabu.
"Namun demikian, dolar AS terhadap rupiah cenderung terus menjadi bias lebih tinggi dilatar belakangi harga komoditas yang lemah, defisit transaksi berjalan terus-menerus dan secara umum, dolar AS menguat terhadap mata uang regional didorong oleh ekspektasi normalisasi AS," jelasnya dalam keterangan resmi, Kamis (1/30).
UOB memproyeksikan nilai tukar dolar AS masih akan menguat terhadap rupiah dalam beberapa bulan mendatang di kisaran Rp 14.700 pada akhir kuartal IV-2015 dan Rp 14.800 pada akhir kuartal I-2016.
Dalam hal kebijakan moneter, harapan bergeser ke kenaikan suku bunga di Indonesia. Meskipun inflasi yang lebih rendah diharapkan pada kuartal keempat dan pelemahan yang berkelanjutan dalam perekonomian, ada ruang terbatas untuk perbedaan kebijakan antara Indonesia dan AS, karena kekhawatiran dari arus keluar modal dan risiko penyusutan rupiah.
Dengan kondisi the Fed di ambang menaikkan suku bunga AS, setiap langkah oleh BI untuk menurunkan suku bunga kemungkinan akan meningkatkan tekanan pada rupiah. "Untuk saat ini, kami mempertahankan proyeksi untuk BI agar suku bunga ditahan di 7,50 persen di kuartal IV-2015," ujarnya.